Sistem Bilangan Beberapa Bahasa di Wilayah Papua, NTT, dan Maluku Utara

Sri Winarti

Abstract


This paper wishes to describe the numeral systems in the regions of Papua, East Nusa Tenggara (NTT) and North Maluku, namely Marind language (Papua), Tarfia language (Papua), Alor language (NTT), Adang language (NTT), Eastern Makian language (North Maluku) and Ternate language (North Maluku). This paper aims to determine the similarities and the differences among the six languages. This research uses a qualitative method. The result of this study is explaining that all those six languages have unique numeral systems, which differs from one regional language to other regional languages. Although they are different, the six languages also have similarities, that is they have cardinal numbers and the development of cardinal numbers. The lexical shapes used in the six languages in forming the numbers can be grouped into two, namely (1) the cardinal number and (2) the development of the cardinal number. The cardinal numbers in the six languages can be grouped into two parts, namely (1) languages that fall under the category of less-than-en cardinal number system and (2) the languages that fall under the category of ten cardinal numbers. 

 

Abstrak 

Makalah ini mendeskripsikan sistem bilangan beberapa bahasa di wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku Utara, yaitu bahasa Marind (Papua), bahasa Tarfia (Papua), bahasa Alor (NTT), bahasa Adang (NTT), bahasa Makian Timur (Maluku Utara), dan bahasa Ternate (Maluku Utara). Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan keenam bahasa-bahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa keenam bahasa tersebut memiliki sistem bilangan yang khas, yang berbeda antara satu bahasa daerah dengan bahasa daerah lainnya. Walaupun berbeda, keenam bahasa-bahasa itu juga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki bilangan pokok dan pengembangan bilangan pokok. Bentuk leksikal yang digunakan pada keenam bahasa tersebut dalam membentuk bilangan-bilangan dapat dikelompokkan atas dua, yaitu (1) bilangan pokok dan (2) pengembangan bilangan pokok. Bilangan pokok pada keenam bahasa itu dapat dikelompokkan atas dua bagian, yaitu (1) bahasa-bahasa yang termasuk kategori sistem bilangan pokok yang kurang dari sepuluh dan (2) bahasa-bahasa yang termasuk kategori bilangan pokok sepuluh. 


Keywords


numeral system; principal number; development of principal number; sistem bilangan; bilangan pokok; pengembangan bilangan pokok

Full Text:

PDF

References


Aritonang, Buha. (2017). “Bentuk Numeralia 1—10 dalam Bahasa-Bahasa Daerah di Kabupaten Kepulauan Yafen”. Dalam Jurnal Gramatika Volume V, Nomor 1, Januari—Juni 2017. Ternate: Kantor Bahasa Maluku Utara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2013). Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Crump, Thomas. (1997). The Anthropology of Number. New York: Cambridge University Press.

De Vries, Lourens. (2016, 23 Desember). “Numeral Systems of the Awyu Language Family of Irian Jaya”. Diperoleh dari http://booksandjournals.brillonline.com.

Halim, Amran. (1977). Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Haryono, A. (2017, 29 November). “Perubahan dan Perkembangan Bahasa: Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik”. Linguistik, 18 (35), 2011. Diperoleh dari https://ojs.unud.ac.id/index. php/linguistika/article-/view/9679

Keraf, Gorys. (1991). Tatabahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indoneisa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. (1995). Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahsun. (2010). Genolinguistik: Kolaborasi Linguistik dan Genetika dalam Pengelompokan Bahasa dan Populasi Penuturnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexi J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moeliono, M. Anton. (1985) Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.

Mulyanto, dkk. 2009. “Bahasa Genom: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Pusat Bahasa.

Mulyanto, dkk. 2010. “Bahasa Genom: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Mulyanto, dkk. 2011. “Bahasa Genom: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Mulyanto, dkk. 2012. “Bahasa Genom: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Saragih, Chrisma Fernando. (2017, 29 November). “Menelusuri Sejarah Suku-suku Papua dengan Pendekatan Linguistik”. Diperoleh dari http://www.sastrapapua. com/2017/07/menelusuri-sejarah-suku-suku-papua.html.

Sanga, Felysianus. (2005). “Sistem Bilangan dan Makna Budayanya: Studi Etnonumerologi Perspektif Simbolik dalam Masyarakat Lamaholot di NTT”. Surabaya: Disertasi Universitas Pascasarjana, Universitas Airlangga.

Tim Peneliti. 2013. “Genolinguistik: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Tim Peneliti. 2014. “Genolinguistik: Kajian Rintisan bagi Kolaborasi Linguistik dengan Antropobiologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Winarti, Sri dkk. (2015). “Kajian Genolinguistik atas Bahasa-Bahasa di Kawasan Timur Indonesia”. Laporan Penelitian Kebahasaan. Jakarta: Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Yulianti, Santy. (2017, 29 November). “Kosakata Warna Bahasa Sunda (Pendekatan Metabahasa Semantik Alami)”. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 5, (1) 2016: 76—89. Diperoleh dari https://doi.org/10.26499/rnh.v5i1.39.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v6i2.450

Refbacks

  • There are currently no refbacks.