Labelisasi Portal Berita Kompas.com terhadap Jennifer Dunn

Dwi Ira Ningrum Ana Mardiana

Abstract


This paper discusses Kompas.com news labelling toward Jennifer Dunn. The research questions that discussed in this paper are how does the form of lexical choices in labelling "pelakor" toward Jennifer Dunn and what ideology was built by Kompas.com in labelling "pelakor" toward Jennifer Dunn? The focus of this paper is the lexical choice found in Kompas.com news labelling toward Jennifer Dunn and the ideology built by Kompas.com. In this paper, the writer uses the method of critical discourse analysis (CDA) by Norman Fairclough (1992) and uses a qualitative descriptive approach. The results of this paper are that Kompas.com news labelling toward Jennifer Dunn is a negative label or a word that has a negative connotation because the word ‘pelakor' is identical with destroying other people's relationship, and the ideologies built by Kompas.com is to perpetuate patriarchally.

 

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang Labelisasi Portal Berita Kompas.com terhadap Jennifer Dunn. Permasalahan yang dibahas dalam artikel penelitian ini adalah bagaimana bentuk pemilihan kata yang terdapat dalam labelisasi “pelakor” pada Jennifer Dunn dalam Kompas.com dan bagaimana ideologi yang dibangun oleh Kompas.com dalam pelabelan “pelakor” pada Jennifer Dunn? Fokus dari penelitian ini adalah pemilihan kata atau lexical choices yang terdapat pada labelisasi portal berita Kompas.com terhadap Jennifer Dunn serta ideologi yang dibangun oleh Kompas.com dalam pelabelan terhadap Jennifer Dunn. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis wacana kritis (AWK) oleh Norman Fairclough (1992) dan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah labelisasi yang dilakukan oleh portal berita Kompas.com terhadap Jennifer Dunn adalah label negatif atau kata yang berkonotasi negatif sebab kata pelakor identik dengan perusak hubungan orang lain, serta ideologi yang dibangun oleh Kompas.com adalah melanggengkan nilai patriarki.


Keywords


labelling; news; critical discourse analysis

References


Djajasudarma, F. . (1993). Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Eresco.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Fairclough, N. (1992). Discourse and Social Change. Cambridge: Polity Press.

Fairclough, N. (1995). Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. Harlow-Essex: Longman Group Limited.

Hall, S. (2003). The Work of Representation. Representation: Cultural Representation and Signifying Practice. London: Sage Publication.

Haryatmoko. (2016). Critical Discourse Analisis (Analisis Wacana Kritis) Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hawkes, D. (2003). Ideology (The New Critical Idiom). London and New York: Routledge.

Hollows, J. (2010). Feminisme, Feminitas, & Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.

Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi dalam Iklan. Yogyakarta: Ombak.

Kholid. (2016). Kajian Wacana Kritis pada Labelisasi Radikalisme oleh BNPT dalam Situs Islam. Warmadewa. Retrieved from ejournal.warmadewa.ac.id

Kuasa Hukum: Jennifer Dunn risih disebut Pelakor. (2018). Retrieved April 20, 2018, from https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/10/201845210/kuasa-hukum-jennifer-dunn-risih-disebut-pelakor

Kusno, A. & N. B. (2017). Analisis Wacana Kritis Cuitan Fahri Hamzah (FH) Terkait Hak Angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 6(2), 137-159. https://doi.org/10.26499/rnh.v6i2.462

Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.

Mengaku Sudah Menikah, Jennifer Dunn Tolak Disebut Pelakor. (2018). Retrieved April 20, 2018, from https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/10/204147710/ mengaku-sudah-menikah-jennifer-dunn-tolak-disebut-pelakor

Reiter, E. & S. S. (2002). Human Variation and Lexical Choices. MIT Press: Journals Computational Linguistics. https://doi.org/10.1162/089120102762671981

Romli, A. S. M. (2012). Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendika.

Setiowati, E. & B. P. (2011). Marjinalisasi Perempuan Pertama Melalui Lagu: Suatu Analisis Wacana Kritis Terhadap Lagu "Jadikan Aku Yang Kedua". Humaniora, 2(2), 1006-1024. https://doi.org/10.21512/humaniora.v2i2.3149

Stede, M. (1993). Lexical Choices Criteria. EACL '93: Prosiding konferensi keenam pada bab Eropa dari Association for Computational linguistics April 1993,454--459. https://doi.org/10.3115/976744.976.799

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Tehnik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Surbakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyanto, B. (2019). Mengapa Istilah Pelakor Lebih Familiar daripada Pebinor? Retrieved from www.google.com/amp/s/surabaya.tribunnews.com/amp/2019/01/15/ mengapa-istilah-pelakor-lebih-familiar-daripada-pebinor

Utami, M. A. (2018). Representasi LGBT dan Ideologi Tersembunyi dalam The Jakarta Post dan Jakarta Globe. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 7(1). https://doi.org/10.26499/rnh.v7i1.566

Wodak, R. & M. M. (2009). Methode of Critical Discourse Analysis. London: SAGE Publications.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v9i1.963

Refbacks

  • There are currently no refbacks.