VITALITAS BAHASA TOLAKI DI KOTA KENDARI (The Vitality of Tolaki Language in Kendari)

Firman A.D., NFN Asri, NFN Sukmawati

Abstract


Penelitian ini bertujuan mengetahui vitalitas bahasa Tolaki dalam berbagai ranah sosial. Penelitian itu berancangan kuantitatif-desktiptif dengan menggunakan dua belas indikator penelitian. Untuk mengetahui tingkat vitalitas, digunakan perhitungan frekuensi dan persentase dengan menggunakan program SPSS. Hasil pengolahan data kuantatif tersebut disinergikan dengan pengolahan data kualitatif yang diperoleh dari wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks rerata dari keseluruhan indikator berada pada angka 0,42% dengan kategori mengalami kemunduran. Namun, angka tersebut hampir mendekati posisi terancam punah. Hal tersebut didukung oleh mobilitas penutur dan etnis Tolaki ke daerah lain termasuk tinggi karena akses dan jalur transportasi yang sangat baik. Masyarakat penutur bahasa Tolaki cenderung dwibahasawan. Dalam berbagai ranah sosial, bahasa Tolaki tidak atau jarang dipergunakan. Masyarakat masih lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Jumlah dokumentasi mengenai bahasa Tolaki relatif sudah banyak, tetapi banyak yang belum mengetahui hasil dokumentasi tersebut karena tidak tersebar secara merata. Masyarakat Tolaki cenderung memiliki sikap positif terhadap bahasanya. Mereka merasa bangga dan menganggap bahasa Tolaki masih lebih penting dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Selain itu, mereka juga menghargai penutur bahasa lain dan keberadaan bahasa lain di Kendari.

This research aimed to know the vitality of Tolaki language in all social domains. This was descriptive-quantitative research by using twelve research indicators. Frequency and percentage determination using SPSS program was applied to find out the level of vitality. Then, those quantitative data were synergized with the qualitative data from in-depth interview. The results showed that the average index of all indicators was 0.42% with the category is in decline. However, that number of percentages was nearing extinction. It appears as the mobility of native speakers and Tolakinese people to other regions is high since the transportation access and routes are excellent.Tolakinese people tend to be bilingual. In any social domains, Tolaki language is not or rarely used. People prefer using Indonesian. Actually, there are many documentations regarded to Tolaki language, yet many still do not know about them as they are not evenly distributed. Tolakinesspeople tend to have a positive attitude towards their language. They are proud and assume that Tolaki language is still more important than other languages. Furthermore, they also respect to the speakers of other languages and the existence of other languages in Kendari.


Keywords


vitalitas bahasa; bahasa Tolaki; kepunahan bahasa; sikap bahasa; language vitality; Tolaki language; language extinction; language attitude

References


Aritonang, B. (2016). Kriteria vitalitas bahasa Talondo. Ranah, 5(1), 8—24.

Candrasari, R. (2017). Bahasa Devayan di Pulau Simeulue: Kajian vitalitas bahasa. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Crystal, D. (2003). Language death. Cambridge University Press.

Hastuti, H. B. P. (2012). Bahasa Tolaki dari generasi ke generasi: Pergeseran penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan mendongeng pada keluarga Suku Tolaki, Aspek-Aspek Bahasa Daerah di Sulawesi Bagian Selatan, 63—77. Hokuto Publishing, Inc.

Ibrahim, G. A. (2011). Bahasa terancam punah: Fakta, sebab-musabab, gejala, dan strategi perawatannya. Linguistik Indonesia, 29(1), 35-52.

Inayatusshalihah. (2018). Kajian vitalitas bahasa Adang di Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Lukman. (2012). Vitalitas bahasa: Pergeseran dan pemertahanan bahasa (S. Rabiah (ed.). Makassar: De la Macca.

M.R., D. (2015). Profil kebahasaan nelayan Bugis di Tinobu, Sulawesi Tenggara: Pola-pola penggunaan bahasa. Kandai, Vol. 11(2), 176—188.

Rachmawati, I. (2018). 11 bahasa daerah di Indonesia dinyatakan punah, Apa saja? Kompas. https://regional.kompas.com/read/2018/02/10/18293411/11-bahasa-daerah-di-indonesia-dinyatakan-punah-apa-saja.

Sumarsono. (2017). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taridala, Y. (2005). Perubahan sosial pada masyarakat Tolaki: Sketsa antropo-sosial di ranah budaya Tolaki. Kendari: Yayasan Hijau Sejahtera.

Tondo, F. H. (2009). Kepunahan bahasa-bahasa daerah: Faktor penyebab dan implikasi etnolinguistis. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 11(2), 277—295.

Wagiati, Wahya, dan S. R. (2017). Vitalitas bahasa Sunda di Kabupaten Bandung. Litera, 16(2), 309—317.

Zahari, M. (2011). Menjunjung bahasa persatuan. Jakarta: PT Gria Media Prima.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v16i2.2188

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->