Refleksi Budaya Banjar dan Dayak dalam Novel Jendela Seribu Sungai Karya Miranda Seftiana dan Avesina Soebli (Kajian Etnolinguistik)

NFN Indrawati

Abstract


Masyarakat Banjar dan Dayak masih memegang teguh budaya mereka masing-masing dan diikuti sampai sekarang. Bagaimana budaya itu direfleksikan oleh para tokoh dalam novel Jendela Seribu Sungai menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan budaya Banjar dan Dayak yang direfleksikan dalam novel Jendela Seribu Sungai karya Miranda Seftiana dan Avesina Soebli dikaji dari pendekatan etnolinguistik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan tahapan membaca, menginventarisasi, mereduksi, menganalisis, dan terakhir memberi simpulan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa refleksi budaya Banjar dan Dayak dalam novel Jendela Seribu Sungai dapat dilihat dari tradisi dan adat kebiasaan masyarakat Banjar dan Dayak yang masih dilaksanakan;, ungkapan dan peribahasa yang menjadi pedoman hidup masyarakat Banjar dan Dayak; ritual dan kepercayaan yang masih diyakini; permainan tradisional yang masih dimainkan oleh masyarakat Banjar dan Daya;, makanan  tradisisonal yang menjadi ciri khas masyarakat Banjar dan Dayak; serta mantra atau doa yang masih dibaca dalam setiap prosesi upacara. 

Banjar and Dayak communities uphold their cultures and they still follow them until now. How that culture is reflected by the characters in the novel Jendela Seribu Sungai becomes an issue in this study. This research aims to describe Banjar and Dayak culture reflected in the novel Jendela Seribu Sungai by Miranda Seftiana and Avesina Soebli and it is reviewed from ethnolinguistics approach. The methods used in this study are qualitative descriptive methods by reading the novel Jendela Seribu Sungai, inventorying data, reducing data, analyzing data, and giving conclusion. From the results of this study it can be concluded that the reflections of Banjar and Dayak culture in the novel Jendela Seribu Sungai displays various traditions and customs of Banjar and Dayak communities and it still implemented; phrases and proverbs that become the guidelines of Banjar and Dayak people; rituals and beliefs that are still believed; traditional games that are often played by Banjar and Dayak people; food that becomes the characteristic of Banjar and Dayak people; and also spells or prayers that are still read in each ceremonial procession.

 

 


Keywords


ethnolinguistics; reflection; culture

Full Text:

PDF

References


Banua, H. (2020). Nostalgia mainan bapidak bigi Para. Retrieved from www.visitkalsel.com website: https://www.visitkalsel.com/nostalgia-mainan-bapidak-bigi-para/

Danandjaja, J. (2002). Folklor ilmu gosip, dongeng, dll. jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Duranti, A. (1997). Lingusitic anthropology. California: Cambridge University Press.

Endraswara, S. (2015). Etnologi Jawa: Penelitian, perbandingan, dan pemaknaan budaya. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.

Faruk. (2012). Pengantar sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Foley, W. (2001). Anthropological linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Hanafi, N. (2020). Refleksi budaya lampau leksikon kebendaan peribahasa Banjar: Kajian etnolinguistik. Undas, 16(1), 93–106. https://doi.org/https://doi.org/10.26499/und.v16i1.2176

Hasanah, Z. (2013). Suku Banjar di Kalimantan. Retrieved from 23 April 2013 website: http://zeinhasanah1207.blogspot.com/2013/04/suku-banjar-di-kalimantan_25.html

Hermoyo, Hidayah, N., Yarno, & Panji, R. (2016). Representasi budaya Jawa dan Barat dalam novel Rahvayana karya Sujiwo Tejo. Stilistika, 9(2), 62–79. Retrieved from journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Stilistika/article/

Kurniati, E. (2016). Permainan tradisional dan perannya keterampilan kosial anak. Jakarta: Prenamedia Group.

Marzoan, & Hamidi. (2017). Permainan tradisional sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan Kompetensi sosial siswa. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 2(1), 62–82. https://doi.org/https://doi.org/10.33367/psi.v2i1.345

Miranda, S., & Avesina, S. (2018). Jendela seribu sungai. Jakarta: PT. Grasindo.

Mulyani, N. (2016). Permainan tradisional anak Indonesia. Yogyakarta: DIVA press.

Penyusun, T. (2013). Kamus besar bahasa Indonesia (IV; H. Alwi, Ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

Ratna, N. K. (2013). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarbaini. (2016). Baiman, banuntung dan Batuah sebagai sosok harapan urang banua: Kajian awal etnopedagogi. Retrieved from https://sarbainifkipunlam.blogspot.com website: https://sarbainifkipunlam.blogspot.com/2016/02/baiman-bauntung-dan-batuah-sebagai.html

Sari, Y. P. (2019). Nilai budaya dalam leksikon pendulangan intan pada masyarakat Banjar: Kajian etnolinguistik. Undas: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa Dan Sastra, 15(2), 161–174. https://doi.org/10.26499/und.v15i2.1701

Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik: Antropologi linguistik, linguistik antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Sugianto, A. (2015). Kajian etnolinguistik terhadap peribahasa etnik Jawa Panaragan sebuah tinjauan pragmatik force. In Sigit Haryanto, Burhanuddin, & H. Pratama (Eds.), Seminar Nasional PRASASTI II “Kajian Pragmatik Dalam Berbagai Bidang (pp. 51–55). https://doi.org/https://doi.org/10.20961/pras.v0i0.57

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuatitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sztompka, P. (2008). Sosiologi perubahan sosial. Dialihbahasakan oleh Alimandan. Jakarta: Prenada.

Tumanggor, R., Ridlo, K., & Nurochim. (2010). Ilmu sosial & budaya dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Upacara adat Kalimantan Selatan. (2013). Retrieved September 25, 2020, from www.UpacaraTradisi.blogspot.com website: https://upacaratradisi.blogspot.com/2013/04/upacara-adat-dikalimantan-selatan.html

Wajidi. (2011). Akulturasi budaya Banjar di Banua Halat. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Wikipedia. (2020). Retrieved September 14, 2020, from https://ms.wikipedia.org website: https://ms.wikipedia.org/wiki/Taik_upih

Yulianti, A. I. (2018). Leksikon dalam upacara kematian (tiwah) suku Dayank Ngaju. Suar Betang, 13(1), 65–74. https://doi.org/https://doi.org/10.26499/surbet.v13i1.68




DOI: https://doi.org/10.26499/und.v16i2.2839

Refbacks

  • There are currently no refbacks.