KOMPARASI KEARIFAN LOKAL SUNDA DAN JEPANG: PEMBENTUK KARAKTER ANAK

Nani Sunarni

Abstract


In the current era of globalization, cultures blend and dominate each other, making children confuse about their identity. Indonesia, as a multiracial and multicultural nation, is very rich in local wisdoms, and this wealth can be applied to build the character of children and fortify themselves from the negative influence of global or foreign cultures. Japan is a nation that lives based on culture and use local wisdoms as a foundation of life and learning materials that are directly implemented in everyday life. The same thing can be seen in the Sundanese society. Today many children do not recognize their own local wisdoms. This, according to the researchers, is due to the vacuum of local wisdom values in the curriculum and learning process. Therefore, various researchs on local wisdoms learning need to be done, include the learning program through oral tradition such as pupuh and folktale, and also traditional game. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data used is the local wisdoms learning in Sundanese culture, which is the learning schedule related to local wisdoms that is limited to character building, and data related to local wisdoms in education in Japan, which is the schedule of "moral" learning activity. Data are analyzed based on Ratna's view (2015). Based on the results of the research, it is identified that the understanding of the values of local wisdoms can create a nation of character. The results of this study are theoretically useful to add references, especially on local wisdoms learning, and can be practically used as a learning model.

 

 

ABSTRAK

Di era globalisasi seperti sekarang ini, budaya membaur dan saling mendominasi sehingga membuat anak bingung akan jati dirinya. Indonesia, sebagai negara majemuk yang multiras dan multikultural, sangat kaya dengan kearifan-kearifan lokal, dan kekayaan ini bisa diaplikasikan untuk membentuk karakter anak dan membentengi diri mereka dari pengaruh negatif budaya global atau asing. Jepang merupakan bangsa yang hidup dengan berbasis budaya dan menjadikan kearifan lokal sebagai landasan hidup serta materi pembelajaran yang langsung diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal serupa juga terlihat dalam masyarakat Sunda. Saat ini banyak anak-anak yang tidak mengenali kearifan lokalnya. Hal ini, menurut peneliti, disebabkan adanya kekosongan nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum dan pembelajaran. Untuk itu, berbagai penelitian tentang pembelajaran kearifan lokal perlu dilakukan, termasuk pembelajaran melalui tradisi sastra lisan seperti pupuh dan dongeng, serta permainan tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah pembelajaran kearifan lokal dalam budaya Sunda, yaitu jadwal pembelajaran terkait kearifan lokal yang dibatasi pada pembentukan karakter, dan data terkait kearifan lokal dalam pendidikan di Jepang, yaitu berupa jadwal kegiatan pembelajaran “moral”. Data dianalisis berdasarkan pandangan Ratna (2015). Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kearifan lokal dapat menciptakan bangsa yang berkarakter. Hasil penelitian ini secara teoretis bermanfaat untuk menambah referensi, khususnya tentang pembelajaran kearifan lokal, dan secara praktis dapat dijadikan model pembelajaran.

 


Keywords


local wisdom; character building; learning; kearifan lokal; pembentukan karakter; pembelajaran

Full Text:

PDF

References


Kato, Sadahiro et.al.(1990). Kouji Kotowaja no Jiten. Tokyo: Shougakkan.

Madubrangti, Diah et.al. The Role of Shame-based & Guilt-based Culture for Education: A Way to no - Corruption Society. Jakarta: University Indonesia Center for Japanese Studies.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Michiya, Shinbori. Et.al. (1983). Nihon no Kyouiku. Tokyo: 有信堂高文社

Ratna, Nyoman Kutha. (2014). Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosidi, Ajip. (2005). Babasan & Paribasa. Bandung: Kiblat.

Somardjo, Jakob. (2009). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda: Tapsir-tapsir Pantun Sunda. Bandung: Kelir.

Sumarsono, Tatang dkk. (2013). Pamekar Diajar Basa Sunda Pikeun Murid SMA/SMK/MA/Mak Kelas X.Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Suryalaga, Hidayat. (2009). Kasundaan Rawayan Jati. Bandung: Yayasan Nur Hidayah

Warnaen, Suwarsih, dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung.

Yoshikazu, Matsui. (1991). Nihonjin no Kangaekata-「Nihonron」e no Annai-. Tokyo: Bonjinsha.




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v6i1.327

Refbacks

  • There are currently no refbacks.