Perbandingan Peribahasa Jepang dengan Peribahasa Sunda terkait Hubungan Manusia: Kajian Semantik Kognitif

Puspa Mirani Kadir, Yulia Pebriani, Susiyanti Rusyan

Abstract


Proverbs are a local wisdom or folksy wisdom that contains morals or truths that are values embraced by a society. This is in accordance with Foley (1997, 361) who states that proverbs are a remarkable example of describing the relationship between culture, language, and the human mind. This simple contrast research of the analysis will adjust to important variables in the content analysis. The first time that is done is to analyze proverbial data in two languages, namely Sundanese and Japanese, meaning the same based on a cultural point of view to which four content variables will be analyzed. These four variables are the concept of Warnaen, (1987, 5) in facilitating the grouping of proverbial contents. After that, it is continued with an analysis scheme that refers to the prism model developed by Geeraerts in Langlotz's book entitled Idiomatic Creativity. The model illustrates the existence of a metaphorical relationship between the true meaning of a proverb and the language used in the idiom (Langlotz, 2006, 109). Sundanese and Japanese proverbs in the variable content category are closely related to humans as individuals and humans in social life. In addition, Sundanese proverbs found in oral tradition have a deep meaning in a process of human behavior that behaves, while the dominant Japanese proverb tells of a human behavior from the beginning of the event then continued with a result accompanied by a causal relationship.

 

Abstrak

Peribahasa merupakan suatu kearifan lokal atau folksy wisdom yang mengandung moral atau kebenaran yang menjadi nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan Foley (1997, 361) yang menyatakan bahwa peribahasa (proverb) merupakan contoh yang luar biasa untuk menggambarkan hubungan antara budaya, bahasa, dan pikiran manusia. Penelitian kontrastif analisis yang sederhana ini akan menyesuaikan dengan variabel penting dalam analisis isi. Pertama kali yang dilakukan adalah menganalisis data peribahasa dalam dua bahasa, yaitu Sunda dan Jepang, bermakna sama berdasarkan sudut pandang budaya yang akan dianalisis empat kategori isi. Empat kategori ini merupakan konsep dari Warnaen, (1987, 5) dalam memudahkan pengelompokan isi peribahasa. Setelah itu dilanjutkan dengan skema analisis yang mengacu pada model prisma yang dikembangkan oleh Geeraerts dalam buku Langlotz yang berjudul Idiomatic Creativity. Model tersebut menggambarkan akan adanya hubungan metafora antara makna sesungguhnya suatu peribahasa dengan bahasa yang digunakan dalam idiom tersebut (Langlotz, 2006, 109). Peribahasa Sunda dan Jepang dalam kategori variabel isi sangat berkaitan erat dengan manusia sebagai pribadi dan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, peribahasa Sunda yang ditemukan dalam tradisi lisan memiliki makna yang dalam pada suatu proses manusia itu berperilaku, sedangkan peribahasa Jepang dominan menceritakan sebuah perilaku manusia dari awal kejadian kemudian dilanjutkan dengan hasil yang disertai dengan hubungan sebab akibatnya.


Keywords


tradisi lisan, cerita rakyat, konstrastif analisis, analisis isi, sudut pandang budaya

References


Anastasya, N. (2018). Analisis interaksi sosial Geiko dan Maiko di Kyoto [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.

Azumaotoko ni kyōjo. 2022. Pada Kotobank.jp Daring. Diambil 3 Maret 2022, dari (https://kotobank.jp/word/ Azumaotoko ni kyōjo -424916)

Cahyo, R. D., & Mael, R. M. (2017). Konsep sosial budaya hubungan manusia dalam pembentukan kata majemuk bahasa Jepang. Jurnal Paramasastra, 4(2), 210-222. DOI: https://doi.org/10.26740/paramasastra.v4n2.p%25p

Duranti, A. (1997). Linguistic anthropology. Cambridge University Press.

https://doi.org/10.1017/CBO9780511810190

Ermita, E. (2012). Hubungan antar manusia dan semangat kerja pegawai. Jurnal Pedagogi, 12(2), 70-81. DOI: https://doi.org/10.24036/pedagogi.v12i2.2200

Evans, V. 2007. A Glossary of Cognitive Linguistics. Edinburgh University Press.

https://doi.org/10.1515/9780748629862

Foley, W. A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. Great Britain: Blackwell Publishers

Gandasudirdja, R. M. (1977). 700 paribasa sunda. Firma Ekonomi.

Haula, B., & Nur, T. (2019). Konseptualisasi metafora dalam rubrik opini Kompas: Kajian semantik kognitif. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya, 12(1), 25-35. DOI: https://doi.org/10.26858/retorika.v12i1.7375

Isshi doujin. 2022. Pada Kamus goo.ne.jp Daring. Diambil 11 Pebruari 2022, dari (https://dictionary.goo.ne.jp/word/isshi doujin/).

Ishin-denshin. 2022. Pada Kamus goo.ne.jp Daring. Diambil 10 Januari 2022, dari (https://dictionary.goo.ne.jp/word/ishin denshin/#:~ :text=ishin-denshin,tetsudau to kundokusuru).

Johana, dkk. (2020). Kamus ungkapan bahasa Jepang. Unpad Press.

Kageyama, Tarou.1996. DOUSHI IMIRON-GENGO TO NINCHI NO SETTEN. Tokyo:Kuroshio Shuppan

Kono, S. (2017). Theorizing linkages between ikigai (life worthiness) and leisure among Japanese university students: A mixed methods approach [Tesis]. University of Alberta. DOI: https://doi.org/10.7939/R3XW48B5X

Kurniawan, M. H. (2018). Perbandingan peribahasa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris: Kajian semantik kognitif. Jurnal Basis, 5(2), 63-74. DOI: https://doi.org/10.33884/basisupb.v5i2.775

Langlotz, A. (2006). Idiomatic creativity: A cognitive-linguistic model of idiom representation and idiom-variation in English. John Benjamin Publishing Company.

https://doi.org/10.1075/hcp.17

Lyon, J. (1977). Semantics, Vol.1. Cambridge: Cambridge University Press.

Matsuura, K. 2005. KAMUS JEPANG-INDONESIA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ningen ga hyoumen ni arawareru. 2022. Pada Kotobank.jp Daring. Diambil 15 Januari 2022, dari (https://kotobank.jp/word/Ie mazushikushite Takako arawaru -430629#:~ : text=(「Meishin Houkan」no, ningen ga hyoumen ni arawareru.).

Setiawan, R. (2014). Perbandingan peribahasa Jepang dengan peribahasa Sunda tentang perilaku manusia (linguistik kognitif). Bandung: Universitas Padjadjaran.

Shinmura, Izuru. 1991. Koujien. Tokyo:Iwanami Shoten

Sudrayat. 2003. Élmuning Basa. Bandung: Wahana Luang.

Sutedi, D. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Humaniora: Bandung.

Tamsyah, R. B. (1994). 1000 babasan jeung paribasa Sunda. Pustaka Setia.

Tamsyah, R. B., Purmawati, T., & Djuanda, D. (2002). Kamus ungkapan dan peribahasa Sunda dilengkapi dengan contoh penerapannya dalam kalimat. Bandung: Pustaka Setia.

Warnaen, S. (1987). Pandangan hidup sunda seperti tercermin dalam tradisi lisan dan sastra Sunda. Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Windiani, Leni Umar. 2017. Adegan Epos Ramayana dalam Karya Seni Lukis Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yoshimura, Kimihiro.2004. Hajimete no Ninchigengogaku. Tokyo: ToÌ"kyoÌ": KenkyuÌ"sha

Yunitha, A. A. (2020). Analisis kontrastif makna kotowaza bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang menggunakan kata mulut (kuchi) [Skripsi]. Universitas Brawijaya.




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v11i2.5266

Refbacks

  • There are currently no refbacks.