PEREMPUAN DALAM SWARA SESTRA DAN FAKTA PERKAWINAN ENDOGAMI ARISTROKAT JAWA

Fajar Wijanarko

Abstract


Abstract: In general, Javanese women are well-imagery and often raised as a form of teaching in literature. However, in the Swara Sěstra text, it is actually metaphorically as a senthe leaves, the allegory of young women who being a co-wife to older women. This issue becomes complicated when the situation occurs in the aristocratic environment of Java. By the discipline of philology with methods of text editing and translation, the phenomenon of women in the text of Swara Sěstra will be expressed. The semiotic study of text through heuristic and hermeneutical readings then becomes an attempt at interpreting the text. At the end of the discussion, it is known that female allegory as a senthe refers to the image of poor Javanese women. Behind the meaning of the text is then found also evidence that this female allegedly dragged historical facts about the rampant endogamy marriage in the nobility. Even the behavior repeatedly happen, especially in the inner court environment.

Abstrak: Pada umumnya, perempuan Jawa bercitra baik sehingga kerap dimunculkan sebagai bentuk ajaran dalam sastra. Akan tetapi, dalam teks Swara Sěstra justru dimetaforakan sebagai daun senthe, yaitu alegori perempuan muda yang dimadu dengan perempuan yang lebih tua. Persoalan ini menjadi rumit ketika keadaan tersebut terjadi di lingkungan aristokrat Jawa. Berbekal disiplin filologi dengan metode penyuntingan teks dan penerjemahan, fenomena perempuan dalam teks Swara Sěstra akan diungkapkan. Telaah teks secara semiotik melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik kemudian menjadi upaya dalam menafsirkan teks. Pada akhir pembahasan, diketahui bahwa alegori perempuan sebagai senthe merujuk pada citra perempuan Jawa yang tidak baik. Di balik pemaknaan teks tersebut kemudian ditemukan pula bukti bahwa pengalegorian perempuan ini menyeret fakta sejarah tentang maraknya perkawinan endogami di lingkungan bangsawan. Bahkan perilaku tersebut merupakan hal yang subur, terutama di lingkungan dalam tembok istana.


Keywords


senthe; woman allegory; endogamy marriage; philology; alegori perempuan; perkawinan endogami; filologi;

References


Alternbernd, Lynn dan Leslie. (1970). A Handbook of The Study of Poetry. London: Macmillan Company.

Barried, Siti Baroroh, dkk. (1994). Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Behrend. T.E. (1990). Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Chalil, Moenawar. (1977). Nilai Wanita. Solo: C.V. Ramadhani.

Churchill, W.A. 1965. Watermarks In Paper. Amsterdam: Menno Hertzberger & Co.

Dewantara, Ki Hajar. (1994). Karya Ki Hajar Dewantara Bagian I: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Dewantara, Ki Hajar. (1994). Karya Ki Hajar Dewantara Bagian II: Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Fakhriati. (2012). “Perempuan dalam Manuskrip Aceh: Kajian Teks dan Konteks” Jumantara, 3 (1), 44—76.

Fakih, Mansour. (2012). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fathurrahman, Oman. (2015). Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta: Prenada Media Group.

Febrianto, M. Bagus. (2012). Kyai Sěstradi Laras Koleksi Perpustakaan Pura Pakualaman (Suntingan, Terjemahan, dan Analisis Teks). Skripsi S-1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Girardet, Nikolaus. (1983). Descriptive Catalogue of Javanese Manuscripts and Printed Books In The Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta. Weisbaden: Franz Steiner Verlag Gmbh.

Hadiatmaja, Sarjana. (2011). Etika Jawa. Yogyakarta: Grafika Indah.

Hamengku Buwono X, (2012). “Peran Istana dalam Tradisi Pernaskahan Nusantara, Pidato Kunci” Warisan Keberaksaraan Yogyakarta: Naskah sebagai Sumber Inspirasi, 1—11.

Haviland, William A. (1935). Antropologi Jilid 2, terj. R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga.

Jandra. (1987). Dewi Murtasiyah Profil Wanita Tama. Yogyakarta: Javanologi.

Kartono, Kartini. (1977). Psikologi Wanita (Jilid I). Bandung: Penerbit Alumni.

Kern, H., 1900, Râmâyaṇa. Oudjavaansch heldendicht. ’sGravenhage: Nijhoff.

Khairuddin, H. (1985). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahya.

Mandoyokusumo. (1975). Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat. Yogyakarta: Babadan Museum Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Miller, J. Hillis. (2011). On Literature Aspek Kajian Sastra. Yogyakarta: Jalasutra.

Poerwadarminta, W.J.S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij.

Riffatere, Michael. (1978). Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.

Sadli, Saparinah. (1982). Kepribadian Wanita Jawa. Jakarta: PT Gramedia.

Saktimulya, Sri Ratna. (2016). Naskah-naskah Skriptorium Pakualamam Periode Paku Alam II (1830—1858). Yogyakarta: KPG, Ecole Française d’Extrême-Orient, Widyapustaka Pura Pakualaman.

Salleh, Muhammad Haji. (2013). Hikayat Hang Tuah (Jilid 1). Jakarta: Phonix.

Sastronaryatmo, M. (1986). Serat Babad Ila-ila (I-II). Jakarta: Balai Pustaka.

Soedarsono, R.B. (2006). Srimpi Kandha Keraton Yogyakarta, Sebuah Misteri Budaya Genealogi dalam Kehidupan Kaum Ningrat. Solo: ISI Press Solo.

Soekmono. (1993). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Jakarta: Penerbit Nasional Trikarya.

Sudarnadi, H. (1996). Tumbuhan Monokotil. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sudibyo. (2007). “Kembali Ke Filologi: Filologi Indonesia dan Tradisi Orientalisme” Jurnal Humaniora, 19 (2), 107—118.

Suryani, Elis. (2017). Batari Hyang Janapati dalam Perspektif Gender. Jentera: Jurnal Kajian Sastra. 6 (2), 164—180.

Suseno, Frans Magnis. (1975). Etika Umum Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suwarni. (1998). “Peranan Wanita dalam Sastra” Kumpulan Karangan Bahasa, Sastra, dan Budaya Nusantara, 356—373.

Wahjono, Parwatri. (2004). “Sastra Wulang dari Abad XIX: Serat Candrarini Suatu Kajian Budaya” Jurnal Makara, Sosial Humaniora, 8 (2), 71—82.

Wijanarko, Fajar. (2015). Swara Sestra (Suntingan Teks dan Terjemahan). Skripsi S-1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Wulandari, Arsanti. (2006). “Wanita dalam Serat Nitipraja” Jurnal Humaniora, 18 (1), 72—78.

Wulandari, Arsanti. (2014). “Kritik Teks sebagai Gerbang Informasi” Naskah dan Relevansinya dalam Kehidupan Masa Kini. 65—76.

Yasadipura. (1933). Menak Cina. Jakarta: Balai Pustaka.

Yasadipura. (1939). Menak Ngrajak. Jakarta: Balai Pustaka.

Zoetmulder. P.J. (2011). Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v7i1.606

Refbacks

  • There are currently no refbacks.