Membandingkan Partikel Fatis deh dan dong dalam Bahasa Indonesia

Umi Kulsum

Abstract


Pengamatan terhadap bahasa Indonesia ragam lisan belum sebanyak pengamatan terhadap ragam tulis. Partikel deh dan dong banyak digunakan dalam ragam lisan dan belum ada yang mengungkap secara detail kedua partikel ini dan/atau membandingkan penggunaan keduanya. Pengamatan mengenai deh dan dong ini meliputi (1) jenis kalimat, (2) posisi, (3) pola, (4) fungsi, dan (5) kesinoniman keduanya. Pengamatan mengenai keduanya menggunakan metode deskriptif dengan teknik penyulihan dan permutasian. Kedua partikel yang diamati mempunyai persamaan dan perbedaan. Kedua partikel ini terdapat pada kalimat deklaratif dan imperatif dengan posisi final atau medial.  Selain itu, partikel dong terdapat juga pada kalimat interogatif. Kedua partikel ini tidak ditemukan pada posisi inisial. Posisi final merupakan posisi dominan bagi keduanya. Kedua partikel hampir mempunyai fungsi yang sama, terutama fungsi yang dipunyai keduanya pada kalimat imperatif, yaitu menghaluskan perintah. Akan tetapi, fungsi deh pada kalimat deklaratif lebih bervariasi jika dibandingkan dengan fungsi dong. Namun, dong mempunyai fungsi sebagai penegas pertanyaan dan fungsi ini tidak dipunyai deh. Partikel deh bersinonim dengan dong hanya pada kalimat imperatif, sedangkan pada kalimat interogatif dong tidak bersinonim dengan deh. Partikel deh pada kalimat deklaratif sebagian besar bersinonim dengan dong.

Keywords


partikel fatis, pola, fungsi, kesinoniman

Full Text:

PDF

References


Alwi, Hasan. et al. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Coolsma, S. 1985. Tata Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan.

Darmojuwono, Setiawati. 2004. “Fungsi Fatis Interjeksi Bahasa Jerman” dalam Sutami (ed.). Ungkapan Fatis dalam Pelbagai Bahasa. Jakarta: Pusat Leksikologi dan Leksikografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Djajasudarma, T. Fatimah 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Djajasudarma, T. Fatimah et al. 1994. Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Halim, Amran. 2000. “Ragam Lisan Bahasa Indonesia”. Dalam Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hymes, Dell.1972. Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic Approach. Philadephia: University of Pensylvania Press.

Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Keraf, Gorys.1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti et al. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pusat Utama.

Mees, C. A. 1957. Tatabahasa Indonesia. Jakarta: J.B. Wolters.

Muhajir. 1984. Morfologi Dialek Jakarta: Afiksasi dan Reduplikasi. Jakarta: Djambatan.

Nababan, P.W.J. 1084. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Sugono, Dendy et al. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan Nasional.

Sutami, Hermina. 2004. Ungkapan Fatis dalam Perbagai Bahasa. Jakarta: Pusat Leksikologi dan Leksikografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Wedhawati et al. 2001. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v1i1.15

Refbacks

  • There are currently no refbacks.