PENGGUNAAN JARGON OLEH KOMUNITAS WARIA DI JEJARING SOSIAL ‘FACEBOOK’

Jusmianti Garing

Abstract


Jargon that used by transgender community in social networking ‘facebook’ is really interesting to understand because the jargon has a form and meaning itself in its disclosure. The research discusses of using of transgender community in social networking ‘facebook’ by using semantic parameter. The research aims to describe the jargon forms that used by transgender community in social networking ‘facebook’ and discusses the type of semantics and changes of meaning generated from the jargons. The method used of this research is qualitative descriptive by using noting and scrutinizing technique. The result shows that there are fifty-three of jargons used by transgender community in social networking ‘facebook’. Those jargons are ate, eke/eike, yey, ses, astajim, mengondek, menyabong, res/ress, le/lek/leee, mawar, ono, seljes/seljong, bo, kulo, lekes, mehong, cuccok, ce, nekk, sindang, ceu, libra, chinese, centes, peges-peges, mekong, tinta, bae, kentilas, heywanat, cacamarica, ojo, polo/polonia, mursid/mursida, bosnia, megang, kereles, kempinsky, endes, sahaja, bue, perez, dese, merongin, malides, mojang, priwi, kinyis-kinyis, cuss, eim/em, say, andbye. The jargons are formed based on the type of semantic, namely lexical meaning, grammatical meaning, denotative meaning, connotative meaning, contextual meaning, situational meaning, and thematic meaning. Furthermore, the jargons have also a relation of meaning and aspect of meaning. The relation of meaning is synonym and antonym, while, the aspect of meaning is feeling, tone, and intention. Then, there are some of jargons that undergo change the meaning, that is total meaning, broad meaning, and using diachronic parameter, such, bosnia, mursid, polo astajim, mawar, and bye.


ABSTRAK

Jargon yang digunakan oleh komunitas waria di jejaring sosial “‘facebook’” sangat menarik untuk dipahami karena jargon tersebut memiliki bentuk dan makna tersendiri dalam pengungkapannya. Bagi orang awam jargon tersebut susah untuk dipahami, hanya komunitas merekalah yang mampu memahami maksud dari jargon yang digunakannya tersebut. Tulisan ini membincangkan tentang penggunaan jargon bahasa waria di jejaring sosial ‘facebook’ dan perubahan makna yang ditimbulkan dari jargon tersebut. Tujuan tulisan ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk jargon yang digunakan oleh komunitas waria di jejaring sosial ‘facebook’ dan menjelaskan kata-kata apa saja yang mengalami perubahan makna. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik catat dan simak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima puluh dua bentuk jargon yang digunakan oleh komunitas waria di jejaring sosial ‘facebook’, yakni ate, eke/eike, yey, ses, astajim, mengondek, menyabong, res/ress, le/lek/leee, mawar, ono, seljes/seljong, bo, kulo, lekes, mehong, cuccok, ce, nekk, sindang, ceu, libra, chinese, centes, peges-peges, mekong, tinta, bae, kentilas, heywanat, cacamarica, ojo, polo/polonia, mursid/mursida, bosnia, megang, kereles, kempinsky, endes, sahaja, bue, perez, dese, merongin, malides, mojang, priwi, kinyis-kinyis, cuss, eim/em, say, dan bye. Jargon-jargon tersebut dibentuk berdasarkan makna leksikal dan gramatikal. Selanjutnya, jargon yang mengalami perubahan makna adalah astajim, mawar, dan bye.


Keywords


transgender; jargon of cacamarica; waria; jargon cacamarica; facebook

Full Text:

PDF

References


Abbas, Asriani. (2009). Jargon Linguistik sebagai Dinamika Perkembangan Kebahasaan pada Kalangan Pekerja Salon di Kota Makassar. Jurnal Bahasa dan Sastra Sawerigading, Volume 15, Edisi Khusus, halaman 44-51. Makassar: Balai bahasa Ujung Pandang: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Agus, Nuraidar. (2013). Karakter Bahasa pada Situs Jejaring Sosial. Bunga Rampai, Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Bloomfield, L. (1995). Language. Jakarta: PT. Grajejaring.

Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina. (1995). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta.: Rineka Cipta.

Djajasudarma, F.T. (1999). Semantik 2. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama.

George, F.H. (1964). Semantics. London: The English University Press.

Lehrer, Adriene. (1974). Semantic Field and Lexical Structure. Amsterdam: North Holland Publ.,

Lyons, John. (1997). Semantics. Cambridge, UK: University Press.

Pateda, M. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Saeed, John. (1997). Semantics. Maldem: Blackwell Publisher Inc.

Slametmuljana. (1964). Semantik. Djakarta: Djambatan.

Verhaar, J.W.M. (1983). Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http://kbbi.web.id/. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Di akses pada tanggal 8 Februari 2017, Pukul 10.35.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v6i1.259

Refbacks

  • There are currently no refbacks.