Penanda Publik Bahasa Kawi di Kota Probolinggo: Kajian Lanskap Linguistik

Khilmi Mauliddian, Ika Nurhayani, Hamamah Hamamah

Abstract


The purpose of this study is to determine the meaning and function of Kawi language in public signs in Probolinggo City. This research was a research that explored language data from aspects of monolingualism in the frame of the Linguistic Landscape. The problem formulation in this study was, how the meaning and function of Kawi language on public signs in Probolinggo City. The method in this study used a qualitative method with Landry and Bourhis's Linguistic Landscape theory approach. Data collection techniques in this study used tools such as a photo camera or qualitative audio and visual materials. However, data analysis techniques included data copy, data classification, and data translation. Data was collected in photos containing Kawi language writing on public signs. The results of this study indicated that there were 13 public signs that used Kawi language. Kawi language words in public signs had different meanings.

 

Abstrak

Penelitian penanda publik bahasa Kawi di Kota Probolinggo kajian lanskap linguistik ini meneliti penanda publik menggunakan bahasa Kawi yang tersebar di sepanjang ruas utama jalan raya kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti dan fungsi bahasa Kawi pada penanda publik di Kota Probolinggo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori lanskap Linguistik Landry dan Bourhis 1997. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat berupa kamera foto atau qualitative audio and visual materials. Data yang dihimpun berupa foto yang berisi tulisan bahasa Kawi pada penanda publik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 13 penanda publik yang menggunakan bahasa Kawi. Ke-13 penanda publik yaitu, nama kota, gang, penginapan, toko, koperasi, tempat kesehatan, tempat pendidikan, tempat pemberhentian angkutan umum, tempat olahraga, nama terminal, motto, nama gedung, nama militer. Kata-kata bahasa Kawi pada penanda publik masing-masing memiliki arti tersendiri. Namun, terkait fungsi, penanda publik tersebut memiliki fungsi sebagai identitas atau nama. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menggali data bahasa dari aspek monolingualisme dalam bingkai Lanskap Linguistik.


Keywords


penanda publik; bahasa Kawi; lanskap linguistik; kota Probolinggo

References


Akindele, Dele Olufemi. (2011). Linguistic Landscapes as Public Communication: A Study of Public Signage in Gaborone Botswana. International Journal of Linguistics. Vol. 3, No. 1: E39. https://doi.org/10.5296/ijl.v3i1.1157

Erikha, Fajar. (2018). Konsep Lanskap Linguistik pada Papan Nama Jalan Kerajaan (Rajamarga): Studi Kasus Kota Yogyakarta. Paradigma, 8 (1), 38-52. https://doi.org/10.17510/paradigma.v8i1.231

Blommaert, Jan. (2013). Ethnography, Superdiversity and Linguistic Landscapes: Chronicles of Complexity. Ontario: Multilingual Matters. https://doi.org/10.21832/9781783090419

Creswell, John W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (Edisi Kempat, Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gorter, D. (Ed.). (2006). Linguistic landscape: A new approach to multilingualism. Multilingual Matters. https://doi.org/10.21832/9781853599170

Gorter, Durk. (2013). Linguistic Landscapes in a Multilingual World. Annual Review of Applied Linguistics. Cambridge University Press. https://doi.org/10.1017/S0267190513000020

Handinoto. (2012). Sejarah kota probolinggo 1746-1940: ditinjau dari sudut bentuk dan struktur kotanya. Probolinggo: Museum Probolinggo Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kota Probolinggo.

Landry, Rodrigue, dan Richard Y. Bourhis. (1997). Linguistic Landscape and Ethnolinguistic Vitality: An Empirical Study. Journal of Language and Social Psychology 16, no. 1: 23-49. https://doi.org/10.1177/0261927X970161002

Mahsun, M.S. (2005). Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Poerwadarminto, W.J.S. (2015). Aplikasi Kamus Bausastra. V.1.1. Candra Lab Studio.

Sutarto, Ayu. (2006). Sekilas tentang Masyarakat Pandalungan. Makalah disampaikan dalam Jelalah Budaya 2006 yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, tanggal 7 - 10 Agustus.

Santosa, Riyadi. (2017). Metode Penelitian Kualitatif Kebahasaan. Surakarta: UNS Press.

Stroud, C., dan S. Mpendukana. (2009). Towards a Material ethnography of Linguistic Landscape: Multilingualism, Mobility and Space in a South-African Township. Journal of Sociolinguistics. 13, no. 3: 363-383. https://doi.org/10.1111/j.1467-9841.2009.00410.x

Tang, Hoa Khanh. (2016). Linguistic Landscaping in Singapore: The Local Linguistic Ecology and the Roles of English. Language and Linguistics: Degree Project - Master's. Sweden: Lund University

Thongtong, Tiwahporn. (2016). A Linguistic Landscape Study of Signage on Nimmanhemin Road, A Lanna Chiang Mai Chill-Out Street. Manusya, 22, 72-87. https://doi.org/10.1163/26659077-01903006

Tjiptoatmodjo, F.A. Sutjipto. (1983). Kota-kota pantai di sekitar selat madura abad ke xvii sampai medio abad ke xix. Disertasi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Yulianti, S., & Firdaus, W. (2020). Keterancaman Bahasa Roswar: Analisis Daya Hidup Bahasa. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 9(2), 358-373.

Yuswadi, Hary. (2001). Masyarakat (Pandalungan) Jember - Pola Hibridisasi Budaya Antar Etnik. Jurnal Sosial Budaya dan Politik (JSBP) - Vol I(1).

Zoetmulder. (1985). Kalangwan. Jakarta: Djambatan.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v11i1.2716

Refbacks

  • There are currently no refbacks.