Pola Nama pada Masyarakat Baduy

Cece Sobarna, Asri Soraya Afsari

Abstract


The giving of people's names is a universal phenomenon. However, every society has its own convention. The Baduy community as Sundanese indigenous people are unique in terms of giving names. The life of the Baduy community has recently begun to open up. This condition of course affects the joints of socio-cultural life, including the naming of names. The Baduy millennials, especially the Outer Baduy, for example, are more proud to have a name they consider modern so that some of them have nicknames that are far different from their real names. Of course this is a concern if left unchecked. This study examines the pattern of naming the Baduy community that has been going on for a long time. The aim is to describe the convention of naming patterns as the identity of the Baduy community. The data studied came from ten Outer Baduy villages by using the Family Card (KK) data in the Kenekes Village Office archive. Furthermore, the list of names contained in the KK was processed using the Microsoft Excel program through gender classification, age range, and name standard patterns. The results showed that the naming pattern of the Baduy community was that the names of girls took part, especially the initial syllable, from the father's name, while the names of boys took part of the mother's name. This is related to the philosophical values that protect each other between children and parents.

 

Abstrak

Pemberian nama orang merupakan gejala yang universal. Namun, setiap masyarakat memiliki konvensinya masing-masing. Masyarakat Baduy sebagai indigenous people Sunda memiliki keunikan dalam hal pemberian nama. Kehidupan masyarakat Baduy akhir-akhir ini mulai terbuka. Kondisi ini tentu saja memengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial-budayanya, tidak terkecuali dengan pemberian nama. Kaum milineal Baduy, terutama Baduy Luar, misalnya, lebih bangga memiliki nama yang dianggapnya modern sehingga sebagian dari mereka memiliki nama panggilan yang jauh berbeda dari nama aslinya. Tentu hal ini menjadi sebuah kekhawatiran apabila dibiarkan. Penelitian ini mengkaji pola pemberian nama masyarakat Baduy yang sudah berlangsung sejak lama. Tujuannya adalah mendeskripsikan konvensi pola-pola penamaan sebagai identitas masyarakat Baduy. Data yang dikaji berasal dari sepuluh kampung Baduy Luar dengan memanfaatkan data Kartu Keluarga (KK) yang ada di arsip Kantor Desa Kenekes. Selanjutnya, daftar nama yang terdapat pada KK diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel melalui klasifikasi jenis kelamin, rentang usia, dan pola kakonis nama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penamaan masyarakat Baduy adalah nama anak perempuan mengambil sebagian, terutama suku kata awal, dari nama ayah, sedangkan nama anak laki-laki mengambil sebagian dari nama ibu. Hal ini berkaitan dengan nilai filosofis yang saling melindungi antara anak dan orang tua.


Keywords


Baduy; name; philosophical values; naming pattern

References


Ainiala, T., Saarelma, M., & Sjoblom, P. (2012). Names in Focus: An Introduction to Finnish Onomastics. https://doi.org/10.21435/sflin.17

Crystal, David. (2015). Ensiklopedi Bahasa. Terjemahan Rahmani Astuti dari The Cambridge Encyclopedia of Language. Bandung: Nuansa Cendekia.

Danasasmita, Saleh dan Anis Djatisunda. (1986). Kehidupan Masyarakat Kanenes. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Hamidi, Jazim dkk. (2015). Demokrasi Lokal nurut Masyarakat Baduy. Malang: Nuswantara.

Lawson, Edwin D. (2016). Personal Naming Systems. Dalam Carole Hough (Ed.) Names And Naming. Oxford: Oxford University Press. https://doi.org/10.1093/oxfordhb-/9780199656431.013.31

Leroy, S. (2010). Theory and Typology of Proper Names. Dalam Nouvelle revue d'onomastique. 52(1)

Nainggolan, Togar. (2015). Strategi Komunitas Batak Toba untuk Penguatan Karakter Bangsa. Dalam Bungaran Antonius Simanjuntak (Peny.) Karakter Batak: Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

Saito, M., Trousdale, G., Gibson, K., Gut, U., & Kristoffersen, G. (2015). Handbooks in Linguistics. Oxford.

Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Medan: Poda.

Sobarna, Cece. (1993). Makna Nama: Cara Berpikir Masyarakat Sunda. Dalam Robert Sibarani dan Henry Guntur Tarigan (Peny.) Makna Nama dalam Bahasa Nusantara: Sebuah Kajian Antropolinguistik. Bandung: Bumi Siliwangi.

Sulistyo-Basuki. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Tarigan, Henry Guntur. (1993). Nilai Nama pada Masyarakat Karo. Dalam Robert Sibarani dan Henry Guntur Tarigan (Peny.) Makna Nama dalam Bahasa Nusantara: Sebuah Kajian Antropolinguistik. Bandung: Bumi Siliwangi.

Uhlenbeck, E.M. (1982). Kajian Morfologi Bahasa Jawa. Terjemahan Soenarjati Djajanegara dari Studies in Javanese Morphology. Jakarta: Djambatan.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v9i2.2939

Refbacks

  • There are currently no refbacks.