Sistem Nama Diri Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar

Dede Kosasih, Dian Hendrayana, Winci Firdaus, Denny Adrian Nurhuda, Basori Basori

Abstract


The background of this research is the curiosity about the practice of giving personal names in the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people. In the name string generally implies faith and wisdom (wisdom) and can reflect prayer, ideals (expectation). This means that the name given (bears) will be in accordance with the demands (expectations) of the community at the time it was made. The purpose of this study is to photograph the practice of giving personal names in the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people and to examine the factors and values underlying this practice. This study uses a qualitative methodological approach, namely descriptive analytical method. The data source in this study is the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people in three generations. Data collection techniques in this study were participant observation and observation and note-taking techniques. Data analysis techniques begin with collecting data, reducing data, conducting analysis based on classification. The results of this study show that the pattern of giving and changing names is caused by several reasons. First, driven for psychological reasons, in the form of hopes such as for the sake of glory, fame, profit and avoidance of disaster as well as inner satisfaction. Second, related to socio-cultural values that have roots in the past. From the diachronic study, the pattern of naming the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people has experienced a shift, although the shift or change is relatively not that massive. This is because the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people still adhere to traditions and customs that have been passed down from generation to generation.

 

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan praktik pemberian nama diri di masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Dalam untaian nama itu umumnya menyiratkan keyakinan dan kebijaksanaan (wisdom) serta dapat merefleksikan doa, cita-cita (expectation). Artinya bahwa nama yang diberikan (disandangnya) tersebut akan sesuai dengan tuntutan (harapan) masyarakat pada masa dibuatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memotret praktik pemberian nama diri dalam masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar dan akan mengkaji faktor-faktor dan nilai-nilai apa saja yang melatarbelakangi praktik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kualitatif yakni metode deskriptif analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar dalam tiga generasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan serta teknik simak dan catat. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, mereduksi data, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi. Hasil dari penelitian ini bahwa pola pemberian maupun pergantian nama disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, didorong karena alasan psikologis, berupa harapan seperti demi kejayaan, ketenaran, keuntungan dan terhindar dari malapetaka serta kepuasan batiniah. Kedua, yaitu berkaitan dengan nilai sosio-kultural yang mempunyai akar ke masa silam. Dari kajian secara diakronis pola pemberian nama masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar telah mengalami pergeseran, walaupun pergeseran atau perubahan itu relatif tidak begitu masif. Hal ini dikarenakan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar masih pengkuh (kuat) memegang tradisi dan adat istiadat yang sudah diwariskan secara turun-temurun.


Keywords


nama diri; praktik pemberian nama; masyarakat adat; Kasepuhan Ciptagelar., toponimi

Full Text:

PDF

References


Allan, Keith. 1995. What Names Tell about The Lexicon and The Encyclopedia dalam Lexicology, vol.1/2 hal 280-325.

Alston, P. William, 1964. Philosophy of Language. London: Prentice-Hall, Inc.

Alwasilah, A. C., Suryadi, K., Tri Karyono. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Kiblat Buku Utama, Bandung.

Alwasilah, A. Chaedar. "Tujuh Ayat Etnopedagogi". [online], 1 halaman. Tersedia http://www.pikiran-rakyat.com. [2 Mei 2008]

Bondaletov, V.D. (2016). Russkaya Onomastika. Moscow: Steoretip.

Dananjaya, James. 1994. Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain). Jakarta: Grafiti Press.

Darheni, Nani. (2010) "Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponimi di Jawa Barat: Kajian Etnosemantik" dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No.1 Februari 2010.

Ekadjati, Edi S. 1995. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya.

Ervin-Tripp, Susan. 1972. On Sociolinguistic Rules: Alternation and Co-occurance' dalam John J. Gumperz dan Dell Hymes (editor) Direction in Sociolinguistics: The Etnography of Communication. New York: Holt, Rinehart, and Winston, Inc., hal 213-250.

Foley, William A. (2001) Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books, Inc.

Hafsari, A., & Firdaus, W. (2018). Variasi dan Relasi Semantis Leksikal Bahasa Sunda Lulugu: Analisis Diakronis Data Lingual (Lulugu's Variations and Lexical Semantic Relationships Lulugu: Diachronic Analysis of Lingual Data). Kadera Bahasa, 10(1), 1-8.

https://doi.org/10.47541/kaba.v10i1.39

Hooley, Bruce A. 1972. 'Shorter Communications: The Buang naming system' dalam The Journal of Polynesian Society, Vol. 81, hal 500-506.

Kadmon, N. (2008). Ptolemy-the First UNGEGN Toponymist: Commemorating the thirtieth anniversary of the First United Nations Conference on the Standardisation of Geographical Names. Onoma, 35, 123-143.

https://doi.org/10.2143/ONO.35.0.574371

Labov, William. 2001. Principles of Linguistic Change: Social Factors. Oxford: Blackwell Publishers.

Lauder, M.R. (2021). Toponimi Sebagai Artepak Budaya. Episode 2 Narabahasa. https://www.youtube.com/watch?v=7FzV83it1ak, Kamis, 19 Februari 2021. Informasi Nara. Selisik Kebahasaan.

Lubis, Nina H. 1998. Kehidupan Kaum menak Priangan 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi kebudayaan Sunda.

Lukmana, Iwa. 2002. Reference to a Third Person in Sundanese. Disertasi Ph.D pada Depertemen of Linguistics, Monash University, Australia.

Lyons, John.1995. Linguistic Semantics: an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

https://doi.org/10.1017/CBO9780511810213

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Offset.

Murphy, Gregory L. 1988. 'Personal reference in English' dalam Language in Society, vol. 17, hal 317-349.

https://doi.org/10.1017/S0047404500012938

Mustapa, Hasan R.H. 1991. Adat Istiadat Sunda. (terjemahan). Bandung: Alumni.

Pei, Mario. 1974. Kisah Daripada Bahasa. (Terjemahan) Jakarta. Bharata.

Rais, Jacub, dkk 2008. Toponimi Indonesia: Sejarah Budaya Bangsa yang panjang dari Pemukimana Manusia & Tertib Administrasi. Jakarta: Pradnya Paramita

Rosidi, Ajip.1985. Manusia Sunda: Sebuah Esei tentang Tokoh-tokoh sastra dan Sejarah. Jakarta: Inti Idayu Press.

Rusyana, Yus; Yugo Sariyun; Edi S. Ekadjati; Undang Ahmad Darsa. 1988. Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Kehidupan Masyarakat Dewasa Ini (Tahap III). Bandung: Depdikbud.

Suhamihardja, A. Suhandi.1984. Organisasi dan Struktur Sosial Masyarakat Sunda' dalam Edi S. Ekadjati (editor) Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka, hal 205-222.

Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif [UIN Maulana Malik Ibrahim Malang]. http://repository.uin-malang.ac.id/1984/2/1984.pdf.

Warnaen, Suwarsih; Yus Rusyana; Wahyu Wibisana; Yudistira Garna; Dodong Djiwapradja. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Depdikbud.

Widodo, Sahid Teguh 2005. 'Wawasan Jagad Sistem Nama Diri Masyarakat Jawa' dalam Linguistika Jawa Tahun ke 1, No. 1, Februari 2005




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v12i1.6106

Refbacks

  • There are currently no refbacks.