Bahasa Sakai sebagai Variasi Melayu: Tinjauan Aspek Linguistik Diakronis

Burhanuddin Burhanuddin

Abstract


This paper intends to explain the linguistic evidence (phonology and lexicon) which shows Sakai language as one of the diachronic linguistic Malay variations. Methodologically, data is collected using documentation method of Proto-Melayu (PM) and Sakai Language Dictionary. The collected data is then analyzed using a top-down approach of joint innovation methods. Based on the fact that the innovation and retention of phonology of PM in their respective BS are both regular (correspondence) and irregular (variation) In addition, the retention of the lexicon field reinforces the BS as one of the Malay variants. The comparison of BS with Minangkabau (MIN) language found quite a lot of correspondences and variations of both innovation and variation which implies that both isolates are variants of the same language, although there is a difference between the two isolates. This reinforces the view that the Sakai language is one of the Malay language variants.

 

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menjelaskan bukti linguistik (fonologi dan leksikon) yang menunjukkan bahasa Sakai sebagai salah satu variasi Melayu secara linguistik diakronis. Secara metodologis, data dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi berupa Proto-Melayu (PM) dan Kamus Bahasa Sakai. Data yang terkumpulkan kemudian dianalisis menggunakan pendekatan top-down metode inovasi bersama (shared innovations). Berdasarkan kenyataan bahwa ditemukan inovasi dan retensi fonologi PM ke dalam BS masing-masing baik bersifat teratur (korespondensi) maupun tidak teratur (variasi) Di samping itu, retensi bidang leksikon menguatkan BS sebagai salah satu varian Melayu. Hasil perbandingan BS dengan bahasa Minangkabau (MIN) ditemukan cukup banyak korespondensi dan variasi baik yang bersifat inovasi maupun variasi yang menyiratkan bahwa kedua isolek tersebut adalah varian dari bahasa yang sama, meskipun terdapat perbedaan antara kedua isolek tersebut. Hal ini menguatkan pandangan bahwa bahasa Sakai merupakan salah satu varian bahasa Melayu.


Keywords


variasi Melayu; linguistik diakronis; inovasi bersama; fonologi; leksikon; Malay variety; linguistics diakronic; shared innovation; phonology; lexikon.

References


Adelaar, K.A. (2005). Malayo-Sumbawan. Oceanic Linguistics Journal, 44(1). 357-388.

https://doi.org/10.1353/ol.2005.0027

Adelaar, K Alexander. (1992). Proto Malayic: The Reconstruction of its Phonology and Parts of its Lexicon and Morphology. Alblasserdam: Offsetdrukkerij Kanters BV.

Anceaux, J.C. (1981). Teori-Teori Linguistik tentang Tanah Asal Bahasa Austronesia, terjemahan dari Linguistics Theories about the Austronesian Homeland oleh Sudaryanto, Bacaan Linguistik: Nomor 4. Yogyakarta: Komisariat MLI UGM.

Blust, Robert. (1988). Malay Historical Linguistics: A Progress Report dalam Rekonstruksi dan Cabang-cabang Bahasa Melayu Induk. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Kementerian Pendidikan Malaysia.

Blust, Robert A. (1993). Central and Central-Eastern Malayo-Polynesian. Oceanic Linguistics Journal, 32(2). 241-293.

https://doi.org/10.2307/3623195

Blust, Robert A. (2009). Position of the Languages of Eastern Indonesia: A Reply to Donohue and Grimes. Oceanic Linguistics Journal, 48. 36-77.

https://doi.org/10.1353/ol.0.0034

Blust, Robert A. 2012. The Marsupials Strike Back: A Reply to Schapper (2011). Oceanic Linguistics Journal, 51. 261-277.

https://doi.org/10.1353/ol.2012.0000

Blust, Robert A. (2013). The Austronesian Languages. Revision Edition. Canberra: Pacific Linguistics.

Collins, James T. (1994). Dialek Melayu di Kalimantan, dan Bahasa Bacan: Misanan atau Mindoan. Dalam Pellba 8. Disunting oleh Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Collins, James T. (1983). Penggolongan Bahasa Melayu Bacan. Dalam Pellba 8. Disunting oleh Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Dahlan, dkk. (1985). Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Donohue, Mark, and C.E. Grimes. (2008). Yet More on the Position of the Languages of Eastern Indonesia. Oceanic Linguistics Journal, 47. 114-158.

https://doi.org/10.1353/ol.0.0008

Fernandez, Inyo. (1996). Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores Kajian Linguistik Historis Komparatif terhadap Sembilan Bahasa di Flores. Flores: Nusa Indah.

Fernandez, Inyo. (1997). Wajah Melayu pada Bahasa Manado dan Bahasa Nagi Kajian Aspek Diakronis Perbandingan Dua Dialek Melayu di Kawasan Timur Indonesia di Bidang fonologi, Morfologi, dan Leksikon. Makalah Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Fernandez, Inyo. (1998). Melayu Larantuka di Flores Timu: Sebuah Tinjauan dari Persfektif Sejarah; dan Beberapa Catatan tentang Bahasa Melayu Dilli: Studi Awal Mengenai Bahasa Melayu di Timor Timur. Makalah Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Gani, Abdul dkk. (1985). Kamus Sakai - Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hadi, Paesal; Burhanuddin; dan Sukri. 2020. PAN Reflex in Maya Language in West New Guinea: A Preliminary Study on Understanding The Concept of South Halmahera-West New Guniea. Proceedings of the 4th International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE). Atlantis Press.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.201215.081

Kawi, Djantera. (1991). Kajian Komparatif Bahasa Nusantara. Jakarta: Lembaga Bahasa dan Ketahanan Nasional.

Keraf, Gorys. (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, Idrus dkk. (1985). Struktur Bahasa Sakai. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kompas. (2003). Sebuah Kamus untuk Warga Sakai karangan Hans Kalipke. Jakarta: Harian Kompas, 03 Januari 2003.

Martono, Sugiyo Hadi dkk. (1995). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Sakai. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Mbete, Aron Meko. (1990). Rekonstruksi Proto Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa. Disertasi Doktor. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nadra, (1997). Geografi Dialek Bahasa Minangkabau. Disertasi Doktor. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nothofer, (1986). A Discucion of Two Austronesian Subgroups: Proto-Malay and Proto Malayic. Dalam Rekonstruksi dan Cabang-cabang Bahasa Melayu Induk. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Kementerian Pendidikan Malaysia.

Nothofer, (1988). A Discucion of Two Austronesian Subgroups: Proto-Malay and Proto Malayic. Dalam Rekonstruksi dan Cabang-cabang Bahasa Melayu Induk. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Kementerian Pendidikan Malaysia.

Nothofer, Bern. (1992). Central Melayo Poynesian and Central-East Melayu Polynesian: Two Subgroup? Oceanic Linguistics Journal, 21(1).

Nothofer, (1995). Dialek Melayu di Kalimantan dan di Bangka Misan atau Mindoan. Dalam Pellba 8. Penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Sarwadi, Gita; Mahsun; dan Burhanuddin (2019). Lexical Variation of Sasak Kuto-Kute Dialect in North Lombok District. Jurnal Kata: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra, 3(1), 155-169.

https://doi.org/10.22216/kata.v3i1.4142

Schapper, Antoinette. (2011). Phalanger Facts: Notes on Blust's Marsupial Reconstruction. Oceanic Linguistics Journal, 50, 258-272.

https://doi.org/10.1353/ol.2011.0004

Sumarlam; Purnanto, Dwi; dan Burhanuddin. (2018). Reflex Proto-Austronesia to Ambelau in West Central Maluku Group: the Effort to Test the Hipotesis Collins (1981). Proceedings of the Fourth Prasasti International Seminar on Linguistics (Prasasti). Atlantis Press.

https://doi.org/10.2991/prasasti-18.2018.58

Sumarlam, dkk. (2017). Urgensi Studi Linguistik Historis Terhadap Kelompok Maluku Tengah Barat: Beberapa Catatan Studi Pendahuluan Collins (1981). Arkhais: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia, 8(2), 101-110.

https://doi.org/10.21009/ARKHAIS.082.02

Sumarlam, dkk. (2017). Reflexes of Proto-Austronesia into Buru Language: Preliminary Step of Testing Collins Hypothesis (1981). Proceedings of the Sixth International Conference on Languages and Arts (ICLA). Atlantis Press.




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v10i2.859

Refbacks

  • There are currently no refbacks.