IDENTITAS KULTURAL DAN KARAKTERISTIK LISAN ORANG KAILI DALAM MANTRA TAMABUNTO

NFN Herawati

Abstract


Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan identitas kultural dan karakteristik lisan masyarakat Kaili dalam Tamabunto. Analisis data menggunakan metode analisis konten. Tamabunto, salah satu mantra keselamatan masyarakat Kaili, memiliki kekhasan yang dominan, yaitu selain memanfaatkan bahasa lokal, juga terletak pada konvensi verbal, di antaranya penggunaan bahasa yang bersifat aditif, agregatif, empatik, dan konservatif. Dalam Tamabunto tercermin kearifan lokal, baik dalam konteks relasi vertikal maupun relasi horizontal, sebagai identitas kultural masyarakat Kaili yang masih terkait erat dengan adat Pitunggota. Tamabunto berisi idiom-idiom lokal dan bersumber pada kekuatan supranatural, yang bercirikan wacana ritmik yang mengandung sugesti untuk membangkitkan kekuatan magis. Idiom-idiom lokal yang terdapat di dalam Tamabunto merupakan konsep penting yang mencerminkan wawasan pengetahuan sekaligus merefleksikan identitas kultural orang Kaili.

Keywords


mantra, identitas kultural, karakteristik lisan

Full Text:

PDF

References


Badudu, J.S. (2005). Sari kesusastraan Indonesia I dan II. Bandung: Pustaka Prima.

Bahri, S. (2009). Identifikasi mantra Suku Sasak di Lombok. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Mabasan 3(1), 120-140. Mataram: Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Bauwo, T. Dg. M. et al. (2012). Atura nuada ante givu nuada to Kaili ri lituvo nu Palu: hukum dan sanksi adat Kaili di Kota Palu. Palu: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

Budianta, K. (2005). Ikonisitas, semiotika sastra, dan seni visual. Yogyakarta: Buku Baik.

Danandjaja, J. (1984). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers.

Dundes, A. (1965). The study of folklore. Englewood Cliffs, N.J.: Prantice Hall Inc.

Jirnaya, I.K. (2006). Usada Budha Kacapi: Teks sastra pengobatan tradisional masyarakat Bali. Disertasi. Denpasar: Universitas Udayana.

Junus, U. (1976). Perkembangan puisi Melayu Modern. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Koentjaraningrat. (1985). Manusia dan kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Masyhuda, M. (1977). Monografi daerah Sulawesi Tengah: Jilid I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

______ (1981). Tamabunto: Mantra keselamatan. (Tidak diterbitkan). Palu: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Tengah.

Mulyana. (2005). Kajian wacana: Teori, metode, dan aplikasi prinsip-prinsip analisis wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nitayadnya, I. W. (2012). Religi dan religiusitas masyarakat tradisional Suku Kaili dalam tuturan ritual Balia. Jurnal Sejarah dan Budaya Walasuji 3(1), 105-115. Makassar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.

Ong, W. J. (1987). Orality-literacy studies and the unity of the human race. Oral Tradition 2(1), 371-382.

Saputra, H. S. P., Marwoto, dan Subaharianto, A. (2009). Sumpah pocong: Pranata peradilan tradisional sebagai media integrasi sosial. Kultur 3(1), 140- 160.

Solso, R. L., et al. (2007). Cognitive psychology. United States: Pearson Education.

Sudjiman, P. (1986). Kamus istilah sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Suryani, N. S. E. (2012). Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama: Antara konvensi dan inovasi. Disertasi. Bandung: Universitas Padjajaran.

Yusuf, Y., Yunus, B., Yahya, Z., dan Rohana, S. 2001. Struktur dan fungsi mantra bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v11i2.224

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->