NEGOSIASI IDEOLOGI PUISI “KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA” KARYA K.H. A. MUSTOFA BISRI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI (The Ideological Negotiation of The Poet “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” Works K.H. A. Mustofa Bisri: Gramsci Hegemony Study)

Heny Anggreini, Muharrina Harahap, NFN Jakaria

Abstract


Puisi “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” adalah bentuk perlawanan kelompok subordinat terhadap kelompok dominan (penguasa) yang melakukan penindasan dan tidak memberikan kemerdekaan (kesejahteraan) walau rakyat telah merdeka. Kelompok penguasa memberikan kebebasan kepada rakyat, tetapi juga mengekang rakyat untuk tunduk kepada perintah penguasa. Oleh karena itu, kaum intelektual (penyair) melakukan resistensi untuk keluar dari ketertindasan yang dialami oleh kaum subordinat karena sikap otoriter penguasa. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui formasi dan negosiasi ideologi puisi sehingga terjelaskan bahwa kontestasi dan negosiasi ideologi yang dilakukan penyair dalam puisinya sebagai bentuk keinginan kaum intelektual (mahasiswa, penyair, dan peneliti) untuk menjadikan rakyat kritis dan bermoral dengan memengaruhi pola pikir (cara pandang) dan pola perilakunya melalui karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh “aku” adalah kelompok subordinat yang juga sebagai konter hegemonik (pembawa hegemoni tandingan) atas militerisme yang dipegang oleh kelompok dominan. Gus Mus mencoba untuk menegosiasikan nasionalisme-humanis yang religius kepada rakyat melalui puisinya karena manusia memerlukan ideologi religius dalam membentuk pola pikir dan perilakunya. Namun di samping itu, Gus Mus secara tersirat menegosiasikan ideologi Pancasila yang harus dipegang kembali oleh negara dan mulai meluluhkan militerisme yang otoriter karena Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.

The poem “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” is a form of struggle by the subordinate group to the dominant (authority holder) that suppresses freedom (wealth) despite the status of independence as a nation. The authority seems to give freedom however at the same time controlling the people for absolute obedience. In that circumstance, the intellectuals (poets) do act of resistance to escape from the oppression by the authoritarian. This research aims to see ideology formation and negotiation of the poem to explain the contestation and negotiation by the poet, as a reflection of the intellectuals (college students, poets, researchers) to stimulate a shifting point of view through literature. This research applies a descriptive qualitative method focusing on concepts of hegemony by Gramsci. The result shows that the character of “Aku” represents the subordinates and as a counter of hegemony (conveyor of counter-hegemony) against militarism by the dominant. Gus Mus tried to negotiate religious nationalist-humanism ideology to people through his poem arguing that people need religious ideology to form thoughts and behavior. Nonetheless, Gus Mus implicitly negotiated Pancasila as a state ideology to be re-embraced and shattered the authoritarian militarism because Pancasila is the foundation of Indonesia.



Keywords


counter hegemonik; dominasi; subordinat; counter-hegemony; domination; subordinate

References


Adamson, W. L. (1980). Hegemony and revolution. Antonio Gramci’s political and cultural theory. University of California Press.

Alejandro, E. Y. G. (2007). 41 diktator zaman modern: Mengejar ambisi, menuait tragedi. Jakarta: Visimedia.

Anggreini, H. (2019). Formasi dan negosiasi ideologi: Kajian hegemoni Gramsci dalam cerpen “Sarman” karya Seno Gumira Ajidarma. Totobuang, 7(1), 157—169.

Astuti, W. W. (2014). Formasi ideologi pada Cerpen ‘‘Dzikir Sebutir Peluru" karya Agus Noor: Analisis hegemoni Gramscian. Medan Makna, 12(2), 121—134.

Gubug Maya Gus Mus, (2016). http://gusmus.net/puisi/

Gus Mus Respon Polemik Puisi Kau Ini Bagaimana, (2018).

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180411154325-20-290090/gus-mus-respons-polemik-puisi-kau-ini-bagaimana

Falah, F. (2018). Hegemoni ideologi dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman el Shirazy (Kajian hegemoni Gramsci). Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 13(4), 533—542.

Falah, F. (2019). Kepercayaan dan hegemoni dalam cerpen “Makelar” karya Sri Lima R.N. (Kajian hegemoni Gramsci). Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 14(2), 136—146.

Faruk. (2016). Pengantar sosiologi sastra: dari strukturalisme genetik sampai postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gusmian, I. (2004). Pantat Bangsaku: Melawan lupa di negeri para tersangka. Yogyakarta: Galang Press.

Hatmoko, M. D., Sumartini, & Mulyono. (2014). Hegemoni moral Nyai Kartareja terhadap Srintil dalam novel Jantera Bianglala karya Ahmad Tohari : Kajian hegemoni Gramsci. Jurnal Sastra Indonesia, 3(1), 1—9.

Homba, C. V., & Dawa, W. (2015). Kontestasi ideologi dalam cerpen Boikot karya Putu Wijaya: Sebuah kajian menggunakan teori hegemoni Gramsci. Sintesis, 9(2), 83—92.

Orde Baru, Masa Kelam Indonesia, (2018). https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/11/27/105565/orde-baru-masa-kelam-indonesia

Schwarzmantel, J. (2015). The Routledge guidebook to Gramsci’s prison notebooks. Routledge. https://doi.org/10.5860/choice.193330

Simon, R. (2004). Gagasan-gagasan politik Gramsci (Mansour Fakih, penerjemah). Yogyakarta: Insist.

Udasmoro, W. (2012). Buku ajar pengkajian sastra: Bagaimana menelitisastra? Mencermati metodologi dasar dalam penelitian sastra. Program Studi Sastra Perancis FIB UGM.

Wahyuni, L. (2016). Pembentukan citra diri dalam Puisi Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana karya KH. A. Mustofa Bisri. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan PengajarannyaBahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 2(2), 187–194.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v16i2.2329

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->