PENDIDIKAN BERBASIS SASTRA LISAN (LUKISAN ANALITIK ATAS NILAI PEDAGOGI DALAM FOLKLOR ORANG WAKATOBI) (Education Based on Oral Literature (An Analytical Description of Pedagogical Values in Wakatobi People Folklore))

Muhammad Alifuddin, Sumiman Udu, Laode Anhusadar

Abstract


This research is an analytic painting about the content of educational values in the oral literature of the people of Wakatobi. All data in this study were sourced from in-depth interviews, observations, and document studies. Considering this research is related to aspects of oral literature in the socio-cultural space, the data analysis was carried out using a hermeneutic phenomenology approach. Folklore in the form of folklore (tula-tula) and kabanti (folksong) are two forms of oral literature that are still used as educational media by Wakatobi people. This study found that the contents of the tula-tula and kabanti that grew in the cultural space of the Wakatobi people functioned as treasures of knowledge and entertainment value and contained ethical values. Through oral literature, the Wakatobi people consciously try to build values in order to maintain harmony with nature, microcosmic relations between humans, and macrocosm relations to the Creator. The characteristics of the learning model in the tula and kabanti, are more information-giving, in the form of facts and memories, generally one-way, and the style of the speaker/teacher is preferred in conveying messages, intonation, improvisation, enthusiasm, and systematic message.

 

Penelitian ini merupakan lukisan analitik tentang muatan nilai pendidikan dalam sastra lisan orang Wakatobi. Seluruh data dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara mendalam, pengamatan, serta studi dokumen. Mengingat penelitian ini terkait dengan aspek sastra lisan dalam ruang sosial budaya, analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi hermeneutik. Folklor dalam bentuk cerita rakyat (tula-tula) dan kabanti (folksong) adalah dua bentuk sastra lisan yang hingga kini masih digunakan sebagai media pendidikan oleh orang Wakatobi. Penelitian ini menemukan bahwa muatan tula-tula dan kabanti yang tumbuh dalam ruang budaya orang Wakatobi tidak hanya berfungsi sebagai khazanah pengetahuan dan bernilai hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai etika. Melalui sastra lisan, orang Wakatobi secara sadar berusaha membangun nilai dalam rangka menjaga harmoni dengan alam, hubungan mikrokosmis sesama manusia, dan hubungan makrokosmos kepada sang Pencipta. Karakteristik model pembelajaran dalam tula-tula dan kabanti lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta dan ingatan, umumnya bersifat satu arah, dan gaya penutur/guru lebih diutamakan dalam menyampaikan pesan, intonasi, improvisasi, semangat, dan sistematika pesan.


Keywords


oral literature; folklore; Wakatobi people; sastra lisan; folklor; orang Wakatobi

Full Text:

PDF

References


Al-Syaibany, O. M. A.-T. (1979). Falsafatut tarbiyyah Al-Islamiyah, terj. Hasan Langgulung. Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Alifuddin, M. (2013). Dakwah berbasis budaya lokal telaah atas nilai-nilai dakwah dalam folksong orang Wakatobi. Al-Munzir, 6(1), 72-89.

Ananda, R. (2017). Kajian fungsi sastra lisan Kaba urang Tanjuang Karang pada pertunjukan dendang pauah. Semantik, 4(2), 92-122. https://doi.org/10.22460/semantik.v4i2

Aziz, A., & others. (2014). Refleksi budaya Wakatobi dalam cerita Waindho-Indhodhiyu. PUSAKA, 2(2), 143-164.

Badrun, A. (2008). Nilai Otoriter dan Nilai Demokratis dalam Dongeng Orang Dompu.

Hamid, A. R., & others. (2016). Merangkai Indonesia lewat laut: Kisah pelaut Binongko. Masyarakat Indonesia, 41(2), 149-126.

Haryadi, H. (1994). Manfaat sastra lisan nusantara dalam pembangunan bidang pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1), 67-78.

Jamaris, E. (2002). Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

James, D. (2015). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Jumil, F., & Taisin, N. J. (2017). Nilai pendidikan dalam tangon-tangon masyarakat Kadazandusun. PENDETA: Journal of Malay Language, Education and Literature, 8, 36–46.

Kadir, A. (2015). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Kiting, R., Talin, R., & Mahali, S. N. (2016). Nilai pendidikan Talaala dan impak kepada pembentukan generasi muda Kadazandusun. Jurnal Pendidikan Bitara UPSI, 9(2), 77–86.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook. Tahousan Oaks: Sage.

Pudentia. (1998). Metodologi kajian tradisi lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sabri, A. (2005). Strategi belajar mengajar dan micro teaching. Jakarta: Quantum Teaching.

Schoorl, J. W. (2003). Masyarakat, sejarah, dan budaya Buton. Jakarta: Djambatan bekerjasama dengan Perwakilan KITLV-Jakarta.

Suantoko, S. (2016). Fungsi sastra lisan “Tanduk” masyarakat Genaharjo Kabupaten Tuban bagi masyarakat pendukungnya. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra UPI, 16(2), 246–256.

Udu, S. (2015). Tradisi lisan Bhanti-Bhanti sebagai media komunikasi kultural dalam masyarakat Wakatobi. Humaniora, 27(1), 53–66.

Utomo, C. B., & Kurniawan, G. F. (2017). Bilamana tradisi lisan menjadi media pendidikan ilmu sosial di masyarakat Gunungpati. Harmony, 2(2), 169–184.

Vansina, J. M. (1985). Oral tradition as history. Univ of Wisconsin Press.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v18i2.2599

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->