VERBA BERKLITIK DALAM BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LEWOKLUOK (Clitic Verb on Lamholot Language Lewokluok Dialect)

Adeline Lelo Lein, Faizal Arvianto, Kristofel Bere Nahak

Abstract


This reseacrh contains: (1) morphosyntax and semantic-syntax classification of clitic verb and (2) shape of clitic verb in Lamaholot language Lewokluok dialect (BLDL). In morphosyntax clitic verb on BLDL only consist of action verbs and process-action verb and  syntactically is a transitive verb (V. trans+action). In addition, proclitic verbs on BLDL also have a semantic features action but syntactically is an intransitive verb (V. intrans+action). BLDL does not have proclitic verb which is syntactically ditranstive category.  While the enclitic verbs on BLDL consists of action verbs, motion verbs), and cognition verbs, and semantic-syntactically is a verb that has semantic features action and process, but generally enclitic verb on BLDL is syntactically intransitive category.  Based on its form, BLDL’s verb consist of (1) verbs that cannot stand alone (bound root morpheme) that must be attached to proclitic; and (2) verbs that can stand alone (free root morpheme) and can attach themselves to clitic. In addition, BLDL verb forms also can appear as (3) verbs that can stand alone, without experiencing any process-called simple verb; (4) The verb that has serialization structure or serial verbs.

 

Tulisan ini berisi tentang (1) klasifikasi verba berklitik secara morfosintaksis dan  semantis-sintaksis dalam bahasa Lamaholot dialek Lewokluok (BLDL); (2) bentuk verba berklitik dalam BLDL. Secara morfosintaksis verba berproklitik pada BLDL hanya terdiri atas verba aksi (actions) dan verba aksi-proses (action-process) dan secara sintaksis merupakan verba transitif (V. trans+aksi). Selain itu, verba berproklitik pada BLDL juga memiliki ciri semantis tindakan namun secara sintaksis merupakan verba intransitif (V. intrans+aksi). BLDL tidak memiliki verba berproklitik yang secara sintaksis berupa dwitransitif.  Sedangkan pada verba berenklitik pada BLDL terdiri atas verba aksi (actions), verba gerakan (motion), dan verba kognisi, dan secara semantis-sintaksis merupakan verba yang  memiliki ciri semantis tindakan (actions) dan proses. Namun, umumnya secara sintaksis verba berenklitik pada BLDL berkategori verba intransitif. Verba BLDL ditinjau dari segi bentuk terdiri atas (1) verba yang tidak dapat berdiri sendiri (bound root morpheme)  sehingga wajib mendapat bentuk klitik, dan dalam penelitian ini peneliti menyebutnya sebagai verba berprolitik; dan (2) verba yang dapat berdiri sendiri (free root morpheme) dan bisa melekatkan diri pada klitik. Selain itu, bentuk verba BLDL juga dapat tampil menjadi (3) verba yang dapat berdiri sendiri, tanpa mengalami proses apapun atau disebut dengan verba sederhana; (4) verba yang memiliki struktur serialisasi atau verba serial.


Keywords


clitic verb; morphosyntax; Lamaholot language; verba klitik; morfosintaksis; bahasa Lamaholot

Full Text:

PDF

References


Hasan, A. Dardjowidjojo, S, & Lapoliwa, H.. (2003). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Blust, R. (2009). The Austronesia languanges. Canberra: Asia-Pacific Linguistics.

Djajasudarma, T. F. (2006). Metode linguistik: Ancangan metode penelitian dan kajian. Bandung: Refika Aditama.

Fernandez, I. Y. (1996). Relasi historis kekerabatan bahasa Flores: kajian linguistik historis komparatif terhadap sembilan bahasa di Flores. Ende: Nusa Indah.

Givon, T. (2001). Syntax: A functional-typological introduction (1st ed.). Amsterdam: John Benyamin Productions.

Goldberg, A. (2013). Argument structure constructions versus lexical rules or derivational verb templates. Mind & Language, 28(4), 435-465.

Hudson, R. A. (2001). Clitics in Word Grammar. Diperoleh dari https://www.academia.edu/

Kasman. (2016). Kedudukan dan fungsi satuan lingual /Q/, /N/, /Èn/, /Èng/, dan /S/ dalam bahasa Samawa dialek Tongo subdialek Lebangkar. Kandai, 12(2), 241-254.

Keraf, G. (1978). Morfologi dialek Lamalera. Ende: Nusa Indah.

Klara, M. S. I., Kosmas, J., & Kroon, Y. B. (2021). Klitika bahasa Manggarai. Bianglala Linguistika, 9 (2).

Kroon, Y. B., & Saja, A. (2012). Klitik dalam bahasa Lamaholot dialek Solor Barat. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 13(24), 15-36.

Mahsun. (2005). Metode penelitian bahasa. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Maturbongs, A. (2016). Peran semantis verba bahasa Abun. Kandai, 12(1), 17–36.

Mulyadi. (2009). Kategori dan peran semantis verba dalam bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, V(1), 58-64.

Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Surabaya: Ghalia Indonesia.

Niron, F. P. M. (2019). Tingkat ketransitifan verba bahasa Lamaholot dialek Ritaebang. Jurnal LINGKO PBSI (J-Ling PBSI), 1(2), 50-66.

Payne, T. (1997). Describing morphosyntax. Cambridge: Cambridge University Press.

Pustaka, D. B. D. (2001). Kamus dwibahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Samu, A. Y. (2018). Fungsi sintaktis dan peran semantis argumen inti bahasa Manggarai dialek Manggarai Tengah. Linguistik Indonesia, 36(2), 187-204.

Sudaryanto. (2015). Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma Press.

Taha, M. (2019). Proklitik pronomina persona bahasa Taba. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 7(1), 42-49.

https://doi.org/10.31813/gramatika/7.1.2019.176.42--49.

Talmy, L. (2016). Properties of main verbs. Cognitive Semantics 2, 133–163. https://doi.org/10.1163

Tupa, N. (2011). Bentuk pronomina persona bahasa Bugis. Sawerigading, 17(2), 261-268.

Yusra, K., Lestari, Y. B., Ahmadi, N., Asyhar, M., & Soemerep, A. Z. (2016). Kedudukan dialektologis bahasa Sambori dalam masyarakat Bima kontemporer. Linguistik Indonesia, 34(2), 147-161.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v18i2.3506

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->