KOSAKATA DALAM WACANA ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILU 2019 (Vocabulary in Discourse 2019 Election Campaign Props)

Endro Nugroho Wasono Aji, Agus Sudono, NFN Sutarsih, Rini Esti Utami

Abstract


In the election campaign, legislative candidates often spread political promises to achieve their goals by using words that seem bombastic. This can easily be found in campaign demontration tools in the form of billboards, banners, or posters hanging on the side of the road. This study aims to reveal the phenomenon of vocabulary use in the 2019 Election campaign by using critical discourse analysis. Critical discourse analysis according to Fairclough is divided into three stages, namely description, interpretation, and explanation. The text descriptions contained in the 2019 Election campaign discourse are limited to vocabulary use only. The vocabulary aspects used are in the form of classification patterns, words that are fought for ideologically, the use of metaphors, and meaning relations. At the interpretation stage, the caleg uses vocabulary to form a positive image which in the end is expected to increase the electability of the caleg. At the explanatory stage, at the socio-cultural level, the efforts made by candidates are to build emotional closeness to the public (especially people who have the right to vote). This is done by utilizing lingual features, such as: the use of our personal pronouns, metaphors, and the use of regional languages (Javanese).

 

Dalam kampanye pemilu para calon legislatif seringkali menebar janji-janji politik untuk mencapai tujuan mereka dengan memanfaatkan kata-kata yang terkesan bombastis. Hal tersebut dengan mudah dapat dijumpai dalam alat peraga kampanye yang berupa baliho, spanduk, atau poster yang terpampang di pinggir jalan. Penelitian ini bertujuan mengungkap fenomena penggunaan kosakata dalam kampanye Pemilu 2019 dengan menggunakan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menurut Fairclough dibagi dalam tiga tahap, yaitu deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Deskripsi teks yang terdapat dalam wacana  kampanye Pemilu 2019 dibatasi hanya pada penggunaan kosakata. Aspek kosakata yang digunakan berupa pola klasifikasi, kata-kata yang diperjuangkan secara ideologis, penggunaan metafora, dan relasi makna. Pada tahap interpretasi caleg memanfaatkan kosakata untuk membentuk citra positif yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan elektabilitas si caleg. Pada tahap eksplanasi, pada tataran sosiokultural upaya yang dilakukan oleh caleg adalah membangun kedekatan secara emosional dengan khalayak (masyarakat), terutama yang mempunyai hak pilih. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan fitur-fitur lingual, seperti penggunaan pronominal persona kita, metafora, dan penggunaan bahasa daerah (bahasa Jawa).


Keywords


vocabulary; campaign props; personal branding; kosakata; alat peraga kampanye; citra diri

References


Aji, E. N. W. (2017). "Pandangan harian Suara Merdeka dalam konflik KPK vs Polri jilid II: Analisis wacana kritis pada tajuk rencana". Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6(3), 256-264.

https://doi.org/https://doi.org/10.15294/seloka.v6i3.13921

Aji, E. N. W. (2018). "Skemata dalam wacana advertorial Madu Bima 99 di Harian Radar Tegal. Prosiding Hasil Seminar Kebahasaan dan Kesastraan, 159-170.

Darma, Y. A. (2009). Analisis wacana kritis. Bandung: Yrama Widya.

Eriyanto. (2001). Analisis wacana: Pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKiS.

Fairclough, N. (2003). Language and power: Relasi bahasa, kekuasaan dan ideologi. Malang: Boyan.

Hariyani, Tutik. 2019. “Jargon pencitraan diri dalam poster calon anggota legislatif DPRD Kota Palangka Raya tahun 2019”. Jurnal Meretas, 6(2), 1-8.

Kurniawati, N. (2018). “Prinsip jalan tengah ‘Zhon Yong’ Lu Xun: Pendekatan analisis wacana kritis.” Kandai, 14 (2), 269-286.

Mahyudin, Emilia Mustary, Nisar. 2019. “The power of emak-emak: Perempuan dalam pusaran kampanye politik pemilihan presiden 2019”. Jurnal Al-Maiyyah, 12(2), 1-15.

Megawati, E. (2021). “Analisis wacana kritis model fairclough dan wodak pada pidato Prabowo.” Kandai, 17 (1), 75-90.

Rokhman, F. dan S. (2016). Politik bahasa penguasa. Jakarta: Kompas Gramedia.

Santoso, A. (2002). “Penggunaan bahasa Indonesia dalam wacana politik". Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Santoso, A. (2012). Studi bahasa kritis menguak bahasa membongkar kuasa. Bandung: Mandar Maju.

Subahnan. 2016. “Pendayagunaan gaya bahasa dalam wacana kampanye”. Wacana: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran, 1(1), 82-93.

Sunarsih. (2017). “Pola representasi pihak Israel dalam ensiklopedia Britanicca.” Kandai, 13 (2), 173-192.

Wahyuni, S. (2016). "Representasi kekuasaan dalam imbauan di ruang publik". Widyaparwa, 44 (1), 41-50. https://doi.org/https: //doi.org/10.26499/wdprw.v44i1.125.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v18i2.3599

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->