NASIONALISME PENDUDUK PERBATASAN ENTIKONG-SERAWAK DALAM PERSPEKTIF KEBAHASAAN

Evi Noviyanti

Abstract


The population in the border area is the stronghold of the leading Indonesian.
Sense of nationalism they have to stay awake, for the integrity of NKRI awake.
However, their presence in remote areas causing less attention from the
government for incompleteness of facilities and inadequate infrastructure. This
situation is a factor decreasing their sense of nationalism. Entikong is a district
directly adjacent to the Sarawak state of Malaysia. Striking differences when
comparing the social and economic situation in Entikong with towns in Sarawak.
This discussion aims to discuss the sense of nationalism from the perspective of
linguistic Entikong population. Data obtained from direct observation and
interviews with residents in the district Entikong. From the foregoing it is known
that sense of nationalism of Entikong people in linguistic perspective is quit high.

 

Penduduk yang berada di daerah perbatasan merupakan benteng terdepan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, rasa nasionalisme mereka harus tetap
terjaga agar integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga.
Namun, keberadaan mereka di daerah yang terpencil menyebabkan mereka
kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Kelengkapan sarana dan
prasarana jauh dari kata memadai. Keadaan yang demikian dapat menjadi
faktor penyebab surutnya rasa nasionalisme penduduk yang tinggal di daerah
perbatasan. Entikong merupakan sebuah kecamatan yang berbatasan langsung
dengan negara bagian Serawak, Malaysia. Perbedaan cukup mencolok dapat
ditemui jika membandingkan keadaan sosial dan ekonomi di Entikong dengan
kota-kota di Serawak, Malaysia. Pembahasan ini bertujuan untuk membahas
rasa nasionalisme penduduk Entikong dari perspektif kebahasaan. Data
diperoleh melalui opservasi langsung dan wawancara dengan penduduk di
kecamatan Entikong. Dari pembahasan ini diketahui bahwa walaupun terdapat
perbedaan yang signifikan antara Entikong dan Serawak, nasionalisme
penduduk Entikong dalam perspektif kebahasaan cukup tinggi.


Keywords


nationalism, border district Entikong-Serawak, language perspective; nasionalisme, penduduk perbatasan Entikong-Serawak, perspektif bahasa

References


Alwasilah, A. Chaedar, 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina, 1995. Sosiolinguistik Perkenalan

Awal. Jakarta:Rineka Cipta.

Halim, Amran. 1980. ―Fungsi Bahasa Nasional‖ dalam Politik Bahasa Nasional I. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Kushartanti, dkk (eds). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rubin, Joan and Bjorn H. Jernudd. Eds. (1971). Can Language Be Planned? Sociolinguistic Theory and Practice for Developing Nations. Honolulu: The University Press of Hawaii.

Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press.

Ke Atah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suhardi, Basuki. 1996. Sikap Bahasa: Suatu Telaah Eksploratif atas Sekelompok Sarjana dan Mahasiswa di Jakarta. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Sumarsono dan Paina Partana, 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v8i1.5164

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->