MAKNA DAN NILAI-NILAI MORAL DALAM SASTRA DAERAH TARSULAN PERKAWINAN DI KUTAI KARTANEGARA

Yudianti Herawati

Abstract


Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam sastra daerah Tarsulan Perkawinan di Kutai Kartanegara. Masalah dalam penelitian ini (1) bagaimana bentuk syair Tarsulan Perkawinan, (2) bagaimanakah analisis makna dalam syair Tarsulan Perkawinan, dan (3) bagaimana pula nilai-nilai moral yang terkandung dalam syair Tarsul Perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskripsi, sedangkan teori yang digunakan adalah pendekatan struktural. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk memaknai keseluruhan isi syair dalam Tarsulan Perkawinan sebagai objek penelitian. Selain itu, teknik analitik juga digunakan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada syair tarsul tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sastra daerah tarsul sebagai warisan budaya mencerminkan kehalusan budi pekerti luhur yang masih terpelihara dengan baik di masyarakat Kutai Kartanegara, (2) tarsul merupakan  bahasa  simbol, berbentuk pantun dan syair tradisional yang menonjolkan irama  dengan  cengkok-cengkok  tertentu yang bersifat keagamaan dan perkawinan, dan (3) tarsul adalah tradisi lisan masyarakat Kutai Kartanegara yang masih terpelihara dengan baik, seiring dengan pelestarian berbagai upacara siklus hidup masyarakat dan upacara lainnya.

 

Kata kunci: tarsul, perkawinan, syair, makna, nilai, moral

 

Abstract

The study is to describe the meaning and moral values found in the Tarsulan Perkawinan literature in Kutai Kartanegara. The problem in this study (1) how the words Tarsulan Perkawinan look, (2) how do the words Tarsulan Perkawinan analyze the meaning of Tarsul Perkawinan, and (3) what are the moral values embodied in the words Tarsulan Perkawinan. The study uses descriptive-qualitative methods, while the theory used is a structural approach. A descriptive analysis technique is used to apply the entire text in Tarsulan Perkawinan as an object of study. Additionally, analytic techniques are also used to unearth the local wisdom values of tarsul poem. The study suggests that (1) tarsul literature asa cultural heritage reflects the virtues of preserved civility in Kutai Kartanegara society, (2) tarsul is a symbolic language, a tunic and a traditional verse that highlights rhythm with certain religious and mating bells, and (3) tarsul is an oral tradition of the well-preserved Kutai Kartanegara people, Along with the preservation of various life-cycle ceremonies of society and other ceremonies.

Key words: tarsul, marriage, verse, meaning, value, moral


I. PENDAHULUAN

Sastra lisan merupakan bagian dari sastra rakyat. Predikat sebagai sastra rakyat adalah seni berbahasa yang pada dasarnya berlangsung secara lisan sehingga menjadi milik seluruh rakyat. Jika pengertian sastra itu diperluas seperti pengertian dalam sastra modern, beberapa produk budaya rakyat dapat digolongkan sebagai sastra rakyat.

            Kalimantan Timur memiliki kekayaan budaya yang beragam. Keragaman budaya itu melebihi keragaman masyarakat etnis di wilayah ini. Bahkan, secara umum, sering kali terjadi penyebutan etnis tertentu yang khas, termasuk karakteristik bahasanya. Artinya, keragaman bahasa daerah tersebut berpengaruh terhadap keragaman sastra daerah dalam masyarakat Kalimantan Timur. Masyarakat Kalimantan Timur dikenal memiliki peradaban yang tinggi dan budi bahasa yang halus. Tingkat peradaban dan kehalusan budi bahasa itu tercermin di dalam seni sastra daerah, di antaranya cerita rakyat, puisi rakyat, syair, pantun, peribahasa, dan sebagainya. Selama ini, masyarakat di Kalimantan Timur awam menilai bahwa yang dimaksud sastra daerah adalah cerita rakyat. Sementara itu, produk budaya rakyat seperti madihin, tarsul, tingkilan, mamanda, peribahasa daerah, dan sebagainya, kurang mendapatkan ruang apresiasi yang memadai. Padahal, untaian kata peribahasa daerah, syair dalam tingkilan, dan pantun berwujud tarsul itu juga memiliki peran dalam penanaman nilai-nilai edukasi bagi pemiliknya. Seni pantun yang berupa tarsul pun memiliki fungsi pengajaran seperti peribahasa atau cerita rakyat. Akan tetapi, sebagai sastra daerah, cerita rakyat memang merupakan media pengajaran nilai-nilai budaya yang lebih mudah dipahami karena disajikan dalam bahasa paparan atau prosa. Sementara masyarakat agak berkesulitan mencerna

Full Text:

PDF

References


Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arifin, Syaiful. 1997. Tarsulan Perkawinan Suku Kutai Ditinjau dari Bentuk Puisi Lama (Penelitian). Samarinda: Lembaga Penelitian https://repository.unmul.blogspot.com. Diakses 3 November 2011.

Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori, Metode, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.

Badudu, J.S.. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia. Jilid ke-1. Bandung: Pustaka Prima.

Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Nurhayati, Mira., dkk. 2007. “Inventarisasi sastra I: Sastra Daerah di Kalimantan Timur” Samarinda: Kantor Bahasa Provinsi kalimantan Timur.

Pardi, dkk., 2006. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Kalimantan Timur. Samarinda: Kantor Bahasa Provinsi kalimantan Timur.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.




DOI: https://doi.org/10.26499/loa.v18i1.5891

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

View My Stats

 

 

 

 
-->