PERSPEKTIF MASYARAKAT BENUAQ TERHADAP HUTAN DAN ALAM SEMESTA DALAM CERITA RAKYAT

Aquari Mustikawati

Abstract


Abstrak

Tulisan ini bertujuan menggambarkan cara pandang masyarakat Benuaq terhadap hutan dan alam semesta dalam cerita rakyat mereka. Cara pandang suku Benuaq tersebut dapat ditemukan dalam cerita rakyat “Si Kerongo”, “Budai Meratapi Kijang”, “Bullu”, “Bulau Mate”, “Tatau Kilip dan Ilmu Adat dari Langit”, dan “Asal-Usul Tepung Tawar”. Permasalahan tulisan ini dirumuskan dalam dua bagian, yaitu (1) bagaimana cara pandang masyarakat Benuaq terhadap hutan dalam cerit rakyatnya? dan (2) bagaimanakah cara pandang mereka terhadap alam semesta yang tertyang dalam cerita rakyatnya? Tulisan ini adalah tulisan kualitatif menggunakan metode deskripstif. Analisis dilakukan dengan teknik analisis konten atau analisis isi.  Teori yang digunakan adalah antropologi budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Benuaq (1) menganggap hutan sebagai bagian dari kehidupan mereka sehingga mereka mengelola hutan secara bijak, dan (2) menjaga keharmonisan alam semesta dengan cara menaati tata krama dan adat istiadat. Tulisan ini menunjukkan bahwa cerita rakyat masyarakat Benuaq memiliki banyak nilai-nilai budaya, terutama tentang cara pandang mereka tentang pengelolaan lingkungan dan menyeimbangkan kehidupan antarmanusia dan kehidupan spiritual.

 

Kata kunci: cara pandang, hutan, alam semesta, cerita rakyat

 

Abstract

This article aims to describe the Benuaq people's perspective on the forest and the universe in their folklore. Those perspective depicted in the folklore of "Si Kerongo", "Bullu", "Bulau Mate", "Tatau Kilip dan Ilmu Adat dari langit", and "Asal-usul tepung Tawar". The problem of this paper is formulated in two parts, (1) how do the Benuaq people view the forest in their people's stories? and (2) how do they view the universe as depicted in their folklore? This article is a qualitative article using descriptive methods. Analysis is carried out using content analysis techniques or content analysis. The theory used is cultural anthropology. The results of the research show that the Benuaq (1) regard the forest as part of their life so that they manage the forest wisely, and (2) maintain the harmony of the universe by obeying manners and customs. This paper shows that the folklore of the Benuaq people has many cultural values, especially regarding their perspective on environmental management and balancing human life and spiritual life.

 

Keywords: perspective, forest, universe, folktales   


Full Text:

PDF

References


Asya’arie, A. Harries. 2002. Perentangin. Jakarta: Total FinanElf & P Indonesie.

----------, A. Harris. 2008. Cerita Kehidupan Mayarakat Ulu Mahakam. Samarinda: Biro Humas Setda Prov. Kaltim.

Bapeda Kubar (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat). 2012. Penelitian Hukum Adat dan Upacara Adat 5 (Lima) Subetnis Dayak, Tonyooi, Benuaq, Bahau, Aoeheng, dan Kenyah. Sendawar, Kabupaten Kutai Barat.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

--------------, James. 2008. “Folklor dan Pembangunan Kalimantan Tengah: Merekonstruksi Nilai Budaya Orang Dayak Ngaju dan Ot Danum melalui Cerita Rakyat Mereka” dalam Pudentia M P P S (Ed).Metodologi Kajian Tradisi Lisan.71—84 . Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Djuweng, Stepanus. 2008. “Tradisi Lisan Dayak dan Modernisasi: refleksi Metodologi Penelitian Sosial Positif dan Penelitian Partisipatoris” dalam Pudentia M P P S (Ed).Metodologi Kajian Tradisi Lisan.157—182 . Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Jair, Yulius Tiberius. 2018. “Upacara Ritual Pengobatan Suku Dayak Benuaq

di Kutai Barat dalam Film Dokumenter Budaya Beliatn Sentiyu”. Skripsi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Lahajir dkk., Yuvenalis. 2007. Renungan Budaya Sendawar Seratus Cerita Rakyat. Melapeh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabuapten Kutai Barat dan Centre of Ethnoecology Research and Developmnet.

Madrah T., Dalmasius dan Karaakng. 1997. Temputn: Mitos Dayak dan Tunjung. Jakarta: Yayasan Rio Tinto.

Misriani. 2009. “ Tempuutn Masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung: Analisis Tema dan Nilai Budaya” dalam Afrita dwi Martyawati dkk. Dari Temputn hingga Menyambut Fajar: 121—210. Samarinda: Pusat Bahasa.

Mustikawati, Aquari dkk. 2011. “Cerita Rakyat Kabupaten Kutai Barat”. Samarinda: Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.

Pudentia, dkk. 2003. Antologi Prosa Rakyat Melayu Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.




DOI: https://doi.org/10.26499/loa.v18i2.6705

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

View My Stats

 

 

 

 
-->