PANTUN MELAYU PONTIANAK SEBAGAI SARANA PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Gunta Wirawan

Abstract


Pontianak Malay Pantun uses Pontianak dialect Malay as the media forming the national character. This rhyme is usually spoken in events such as engagement, marriage, religion, or other traditional events. For the Malay people, pantun does not only function as a subtle delivery of values and advice, but also as a means of communication and a medium for storing customs. The purpose of this study is to describe the Pontianak Malay pantun which has the value of forming the nation's character. The method used is descriptive qualitative form with a documentary study approach. The data source in this study is Pontianak Malay pantun collected by Abd. Rachman Abror. This book was published by LKiS Yogyakarta in 2009. The results showed that Pontianak Malay pantun has national character values, namely human behavior in relation to God, human behavior in relation to oneself, human behavior in relation to fellow human beings, human behavior in relation to environment, human behavior in relation to nationality.


Keywords


pantun; Pontianak Malay; nation character

Full Text:

PDF

References


Abdullah, Fatimah. (2009). Pantun Sebagai Perakam Norma: Penelitian Awal Terhadap Perkahwinan dan Keluarga Melayu. Jurnal Melayu. (4): 43-57.

Abror, Abd. Rachman. (2009). Pantun Melayu: Titik Temu Islam dan Budaya Nusantara.Yogyakarta: LkiS.

Asmani, Jamal Ma’aur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.Yogyakarta: Diva Press.

Asmoro, P., & Soetarno. (2005). Kehadiran Naskah Pedalangan Karya Tristuti Rahmadi di Suryasaputra dalam Pertunjukan Wayang Kulit Gaya Surakarta: Humanika. 18 (3), 367-382.

Cresswell, J.W. (2013). Penelitian Qualitatif & Desain Riset. Terj. Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danandjaya, James (2007). Folklor Indonesia: (Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Effendy, Chairil. (2014). Peran Sastra dan Bahasa Melayu dalam Membangun Karakter Bangsa. Jentera. 3 (2): 126-134.

Effendy, Chairil. (2006). Sastra sebagai wadah integrasi budaya. Pontianak: STAIN Press.

Effendy, Tenas. (2004). Tunjuk ajar melayu (butir-butir budaya melayu Riau). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Hj. Musa, Hashim., Normahdiah Syeik Said., Rozita Che Rodi., & Siti Sarah AB Karim. (2012). Hati Budi Melayu: Kajian Keperibadian Sosial Melayu Ke Arah Penjanaan Melayu Gemilang. GEMA Online™ Journal of Language Studies. Volume 12 (1): 163-182.

Hidayatullah, Furqon. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Indiarti, Wiwin. (2017). Nilai-Nilai Pembentuk Karakter dalam Cerita Rakyat Asal-Usul Watu Dodol. Jentera. 6 (1): 26-41.

Kosasih, E. (2013). Sastra Klasik Sebagai Wahana Efektif dalam Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra.13 (2): 225-236.

Maulina, Dinni Eka. (2012). Keanekaragaman Pantun di Indonesia. Semantik, STKIP Siliwangi Jurnal. 1 (1): 107-121.

Moleong. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Roesdakarya

Muliawan, Jasa Ungguh. (2014). Metode Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Neldawati., Ermanto., Juita, Novia. (2015). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pantun Badondong Masyarakat Desa Tanjung Bungo Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran. 3 (1): 69-83.

Taum, Yosef Yapi. (2011). Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Penerbit Lamalera.




DOI: https://doi.org/10.26499/tt.v14i2.1698

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

View My Stats

 

 

 

 

 

-->