KLASIFIKASI TABU PADA MASYARAKAT BANJAR (Taboo Classification in Banjar Society)
Abstract
Penelitian ini mengkaji klasifikasi tabu pada masyarakat Banjar. Masalah yang dikaji adalah bagaimana klasifikasi tabu perbuatan dan klasifikasi tabu kebahasaan pada masyarakat Banjar? Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan klasifikasi tabu perbuatan dan klasifikasi tabu kebahasaan pada masyarakat Banjar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik rekam dan dokumentasi. Waktu pengambilan data dari Bulan Januari 2015 s.d Juni 2016 di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Banjar baru, Banjarmasin, dan Martapura. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu indentifikasi data, klasifikasi data, seleksi data, dan interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi tabu dalam masyarakat Banjar terdiri atas tabu perbuatan dan tabu kebahasaan. Tabu perbuatan adalah larangan untuk melakukan kegiatan atau perbuatan yang diyakini akan mendatangkan malapetaka,sedangkan tabu kebahasaan adalah tabu yang berkaitan dengan kebahasaan. Kedua klasifikasi tabu ini dilatarbelakangi oleh dua hal, yaitu karena adanya rasa takut dan demi kenyamanan. Pengelakan tabu dalam masyarakat Banjar ada yang menggunakan eufemisme, singkatan, metafora.
(This study examines taboo classification in Banjar society. The problems are how act taboo classification is and how is language taboo classification in Banjar society. This study aims to describe taboo classification of act and taboo classification of language in Banjar society. The method used is descriptive-qualitative. This study uses recording and documentation technique. The data are gained from January 2015 until June 2016 in Hulu Sungai Selatan regency, Banjarbaru, Banjarmasin, and Martapura. Data analysis is carried out through several steps, namely data identification, data classification, data selection, and data interpretation. The result shows that taboo classification in Banjar society consists of act taboo and language taboo. Act taboo is prohibition not to do action or activity that is believed to cause disasters. Meanwhile, language taboo is a taboo dealing with language. Both of these taboo classifications are based on two things, namely existence of fear or for comfort. Some avoidances of taboo in Banjar society are by using euphemism, abbrevation, and metaphor.)
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bagea, I. (2016). Implementasi nilai budaya Sarapatanguna dalam kepemimpinan pemerintahan di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kandai, 12(2), 297-308.
Baryadi. I. P. (2012). Bahasa, kekuasaan, dan kekerasan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Budhiono, R. H. (2017). Leksikon alat dan aktivitas bertanam padi dalam bahasa Jawa. Kandai, 13(2), 235-248 (DOI: 10.26499/jk.v13i2.210)
Djatmika. (2016). Mengenal Pragmatik yuk!?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gonda. (1988). Linguistik bahasa Nusantara: Kumpulan karya. Dalam T.W. Kamil (penerjemah), Indonesian Linguistics, from selected studies, vol. 5 (336-337). Jakarta: Balai Pustaka.
Halliday, M. A. K. & Hasan, R. (1989). Language ,context, and text: Aspect of language in Sosial-Semiotic perspective. Victoria: Deakin University.
Hastuti, H.B.P. (2015). Tabu njangkar orang Jawa di Sulawesi Tenggara. Prosiding. Dalam Firman AD dan Sandra Safitri Hanan (ed.). Kongres II Bahasa-Bahasa daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2014: Pemertahanan Bahasa Daerah dalam bingkai keberagaman budaya di Sulawesi Tenggara (hlm. 288-297). Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara: Kendari.
Hatmiati. (2013). Tuturan pamali dalam tradisi lisan pada masyarakat Banjar. Prosiding. International Seminar “Language Maintenance and Shift III” 2013, 210-214.
Jumadi. (2005). Representasi kekuasaan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Keraf, G. (1984). Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: Djambatan.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.
Laksana, K. D. (2009). Tabu kebahasaan. Bali: Udayana University Press.
Nengsih, S. W. (2014). Tindak tutur direktif dalam ranah keluarga Banjar. Dalam Hestiyana (ed.). Bunga rampai hasil penelitian kebahasaan (hlm. 83-126). Banjarbaru: Balai Bahasa Kalimantan Selatan.
Sholihin. (2018). Tabu dalam Budaya Banjar. Disertasi. Program Pascasarjana UIN Antasari, Banjarmasin.
Pujileksono, S. (2015). Pengantar antropologi. Malang: Intrans Publishing.
Ratna, I. N. K. (2008). Estetika sastra dan budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryatin, E. (2016). Analisis tindak tutur kampanye calon legislatif pemilu tahun 2009 di Kalimantan Selatan. Jurnal Undas, 12(1), 27-34.
Sutarman . (2016). Tabu kebahasaan dan eufemisme. Surakarta: Uma Pustaka.
Wijana, I. D. P. & Rohmadi. (2012). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v15i1.632
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231
Telepon(0401) 3135289, 3135287
pos-el: kandaisultra@gmail.com
-->