WARNA LOKAL DAN REPRESENTASI BUDAYA BUGIS-MAKASSAR DALAM CERPEN “PEMBUNUH PARAKANG”: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

NFN Uniawati

Abstract


Tulisan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap cerpen Pembunuh Parakang (PP) sekaligus upaya untuk mengkaji dan menjawab permasalahan tentang bagaimana fungsi dan peran warna lokal di dalamnya serta relevansinya dengan penguatan identitas masyarakat Bugis-Makassar. Data yang digunakan adalah teks cerpen PP karya Khrisna Pabichara yang bersumber dari antologi cerpen Kolecer dan Hari Raya Hantu. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pembacaan secara cermat dan pencatatan bagian-bagian yang menunjukkan warna lokal. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan berlandaskan pada teori sosiologi sastra. Hasil analisis menunjukkan bahwa cerpen PP hadir dalam balutan warna lokal yang sangat kental. Cerpen ini merupakan internalisasi tradisi dan mitos dalam budaya masyarakat BugisMakassar. Parakang sebagai produk budaya masa lampa, di satu sisi dipandang sebagai mitos belaka, tetapi di sisi lain masih tetap mengemuka pada era modernitas saat ini dan dipercaya oleh masyarakat pendukungnya.

Keywords


warna lokal, Bugis-Makassar, peran, cerpen, sosiologi sastra

Full Text:

PDF

References


Abrams, M. H. (1971). A glossary of literary terms. New York: Holt, Rinehart, Inc.

Afra, A. (2012, 26 Februari). Menggores warna lokal dalam karya. Diperoleh dari http://www. afifahafra.net/2012/12/ menggores-warna-lokal-dalam-kary.html.

Damono, S. D. (1984). Sosiologi sastra: Sebuah pengantar ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Danandjaja, J. (1986). FolkloreIndonesia. Jakarta: Grafitipers.

Konawe, I. (2014). Ritus Konawe. Yogyakarta: Framepublishing.

Mattulada. (1985). Latao: Satu lukisan analitis terhadap antropolgi politik orang Bugis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhammad, D. (2012, 19 Februari), Sastra dalam kepungan warna lokal”. Kompas.hlm.

Navis, A.A. (1999). Warna lokal Minangkabau dalam sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Pelras, C. (2006). Manusia Bugis. Jakarta: Nalar.

Pabichara, K. (2010). Pembunuh parakang. Dalam Tambunan, S. P. (ed.), Kolecer dan Hari Raya Hantu (hlm. ). Jakarta: Selasar Pena Talenta.

Prijanto, S. (2012). Sastra zaman dahulu dan sastra zaman sekarang: Roro Mendut karya Ajip Rosidi dan Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya. Jurnal Pangsura,32(2): 108 – 126.

Rahman, A. R. (2011). Nilai-nilai utama kebudayaan Bugis. Yogyakarta: Ombak.

Ratna, N. K. (2009). Paradigma sosiologi sastra (Edisi kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saputra, S.P. (2011). Mengarifi nilai-nilai lokalitas dari pluralisme menuju multikulturalisme. Kumpulan Makalah. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2011,216 – 224.

Turaeni, T. N. N. (2011). Identitas, lokalitas, budaya, dan multikultural dalam novel Seroja karya Sunaryono Basuki. Kumpulan Makalah. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra2011, 187 – 193.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v12i1.75

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->