Sebelas Patriot: Representasi Perlawanan Masyarakat Melayu terhadap Belanda melalui Sepakbola

Rhillaeza Mareta

Abstract


Fakta bahwa beragam karya sastra yang sarat jejak rekam potret zaman suatu bangsa masih diminati hingga kini kiranya jelas. Dalam karya semacam itu, terdapat “kegelisahan” masyarakat yang terwakilkan dan tergambarkan. Dengan membaca karya sastra berkarakter demikian, khalayak pembaca memperoleh pengetahuan tentang sejarah dan budaya bangsa di belahan bumi bagian mana saja. Berdasarkan hal-hal tersebut, menarik kiranya untuk menggali kedekatan hubungan antara suatu karya sastra yang terasa begitu merekam potret zaman dengan torehan sejarah sesungguhnya. Sebelas Patriot merupakan karya Andrea Hirata yang sarat potret masyarakat Melayu di Belitung pada zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1945. Dalam tulisan ini, penulis berusaha menganalisis kedekatan unsur sejarah, juga warna lokal, yang digambarkan Hirata dalam novel Sebelas Patriot dengan fakta-fakta yang tercatat dalam data sejarah sesungguhnya. Kekuatan topik sepakbola yang menjangkiti masyarakat Melayu terjajah sebagai bahasan kuat dalam novel akan turut dipaparkan pula sepanjang sajian. Pada bagian simpulan, penulis meyakini bahwa Sebelas Patriot kiranya penting dianggap sebagai karya sastra yang mengungkap sejarah dan kondisi sosial budaya masyarakat Melayu di Belitung pada zaman pendudukan Belanda dengan gaya penceritaan yang mengalir. Karya ketujuh Hirata ini tak kalah bersinar pula dengan karya-karya terdahulunya dalam menyengat dan mengobarkan semangat kebangsaan anak negeri.
Kata Kunci: Sebelas Patriot, Andrea Hirata, Belitong, sejarah, warna lokal.

Full Text:

PDF

References


Abdullah, Husnial Husin. 1983. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Bangka Belitung.

Jakarta: Karya Unipress.

Damono, Sapardi Djoko. 2010. Sosiologi Sastra. Jakarta: Editum.

Darma, Budi. 2009. “Unity in Variety dalam Impian Perawan”. Dalam Nugroho Suksmanto,

Impian Perawan 2009. Jakarta: PT Gramedia.

Hirata, Andrea. 2011. Sebelas Patriot. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Susilo, Joko dan Siti Maemunah. 2009. Tiga Abad Melayani Dunia: Potret Tambang Timah

Bangka Belitung. Jakarta: Jaringan Advokasi Tambang (JATAM).

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1988. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Catatan akhir:

Hal ini dimuat dalam esai berjudul “Menerawang Kotak Hitam Nusantara” pada Harian Kompas (Minggu, 11 November

.

Lihat “Andrea Hirata: Novelis Indonesia Menuju Pentas Sastra Dunia (Catatan tentang Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi

Padang Bulan. Wawancara dengan Evelyn Lee dan Peter Sternagel)”, dalam Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta:

Bentang Pustaka.

Secara eksplisit, pemberian sebutan “novel” kepada Sebelas Patriot pun telah dilakukan oleh pengarang dan penerbit dengan

mencantumkan frasa “sebuah novel” di atas tulisan Sebelas Patriot pada sampul depan buku.

Sari dari penjelasan Budi Darma atas persilangan teori mimesis antara Plato dan Aristoteles dalam “Unity In Variety dalam

Impian Perawan”, tulisan pembuka pada kumpulan cerpen Impian Perawan karya Nugroho Suksmanto, terbitan Gramedia,

Jakarta (2009: vii—viii).

Informasi ini diperoleh dari artikel berjudul “Sejarah Awal Pertambangan Timah di Belitung” dalam laman www.billitonisland.

com , sebuah laman penyedia informasi sejarah dan wisata Pulau Belitung (25 Agustus 2011).

Pernyataan sekaligus penjelasan ini disampaikan oleh Seno Gumira Ajidarma saat menjadi pengajar tamu dan memberikan

ceramah pada pertemuan terakhir kelas Kritik Sastra di Gedung 4 FIB UI, 30 Mei 2012.

Hal ini disampaikan oleh Ayu Utami dalam sebuah diskusi sejarah di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, 23 Juni 2012

dan dimuat dalam artikel berjudul “Ayu Utami Memudahkan Baca Sejarah” pada Harian Warta Kota (Minggu, 24 Juni 2012).

Pada tahun 2012 ini Andrea Hirata sebenarnya telah mengeluarkan karya terbaru dengan judul Laskar Pelangi Song Book.

Namun, karya ini berisi kisah-kisah pilihan yang ditulis oleh para pemenang “sayembara” yang diadakan oleh pihak penerbit

sehingga penulis tak menyebutkannya sebagai karya Hirata dalam tulisan ini. Penulis pun memutuskan untuk tidak

menyertakan karya tersebut dalam perbandingan-perbandingan antarkarya Hirata yang dilakukan sepanjang tulisan.




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v1i1.12

Refbacks

  • There are currently no refbacks.