SINTREN DARI SUDUT PANDANG SECONDARY ORALITY

yeni mulyani supriatin

Abstract


Penelitian ini bertujuan mengungkapkan sintren, sebuah tradisi lisan sebagai primary orality yang bertransformasi dalam bentuk secondary orality. Masalah yang dibahas adalah bagaimana sintren dalam bentuk secondary orality? Apakah benar-benar berubah atau ke luar dari bentuk asalnya? Teori yang digunakan dalam penganalisisan data adalah pendekatan modern dan sudut pandang secondary orality. Metode yang digunakan adalah metode modern dengan teknik perbandingan dan penyimakan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sintren dalam bentuk secondary orality lebih variatif, fungsional, dan lebih menarik, baik dari aspek bentuk maupun tampilannya. Simpulan penelitian ini adalah bahwa secondary orality merupakan satu bentuk penerobosan baru agar sintren sebagai tradisi lisan lebih bertahan, lebih diketahui generasi masa kini, dan lebih bisa menembus zamannya

Keywords


sintren, primary orality, dan secondary orality

References


Dahuri, R. (2004). Budaya bahari : Sebuah Apresiasi di Cirebon

. Jak: Percetakan Negara.

Damono, S. D. (2015). Sastra, Citizen, Netizen (pp. 1–12). Jak:

FIB Universitas Indonesiia.

Dasiharjo, M. . (2009). Pengembangan Potensi Seni Tradisi di Jawa Barat Melalui Pembinaan Sentra-Sentra Budaya. Bandung.

Endraswara, S. (2009). Metodologi Penelitian Folklore: Konsep, Teori, dan Aplikasi (ke-1). Yogyakarta: Media Presindo.

Galba, S. (n.d.). Budaya Tradisional Pada Masyarakat Indramayu. Indramayu.

Kasim, S. (2013). Budaya Dermayu : Nilai-Nilai Estetis, dan Transendental. Indramayu.

Mulyani, Y. (2012). Revitalisasi Tradisi Lisan Sunda dan Pemanfaatannya untuk Pengembangan Industri Pariwisata dan Industri Kreatif di Jawa Barat. B.

Nurlelasari, D., Herlina, N., & Sofi, K. (2017). Seni Pertunjukan Sintren di Kabupaten Indramayu dalam Perspektif Historis. Panggung, 27(Maret 2017), 15--25.

Ong, W. J. (1982). Orality and Literacy The Technologizing of the Word. (N. Y. Routledge, Ed.). London and New York.

Rahman. (2011). Kelisanan dalam Tradisi Maata Pada Masyarakat Laporo di Kabupaten Buton. Universitas Indonesia.

Sabana, S. dan H. S. (2005). Legenda Kertas: Menelusuri Jalan Sebuah Peradaban (p. 3326). Bandung: Kiblat Buku Utama.

Suryadi. (2011). Tradisi Lisan dalam Perspektif Kajian Agama. Denpasar.

Triwardani, R., & Wicandra, O. B. (2002). Literacy And Secondary Orality : ( Sebuah Analisis Perbandingan Kisah Romantis “A Walk to Remember ” Versi Novel dan Film ). Kajian Budaya Dan Media Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 37–44.

Venturini, T., Nielsen, R. K., International, E., & Dictionary, C. (1983). Secondary Orality ( or second orality ).




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v8i2.1330

Refbacks

  • There are currently no refbacks.