SINTREN DARI SUDUT PANDANG SECONDARY ORALITY
Abstract
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Dahuri, R. (2004). Budaya bahari : Sebuah Apresiasi di Cirebon
. Jak: Percetakan Negara.
Damono, S. D. (2015). Sastra, Citizen, Netizen (pp. 1–12). Jak:
FIB Universitas Indonesiia.
Dasiharjo, M. . (2009). Pengembangan Potensi Seni Tradisi di Jawa Barat Melalui Pembinaan Sentra-Sentra Budaya. Bandung.
Endraswara, S. (2009). Metodologi Penelitian Folklore: Konsep, Teori, dan Aplikasi (ke-1). Yogyakarta: Media Presindo.
Galba, S. (n.d.). Budaya Tradisional Pada Masyarakat Indramayu. Indramayu.
Kasim, S. (2013). Budaya Dermayu : Nilai-Nilai Estetis, dan Transendental. Indramayu.
Mulyani, Y. (2012). Revitalisasi Tradisi Lisan Sunda dan Pemanfaatannya untuk Pengembangan Industri Pariwisata dan Industri Kreatif di Jawa Barat. B.
Nurlelasari, D., Herlina, N., & Sofi, K. (2017). Seni Pertunjukan Sintren di Kabupaten Indramayu dalam Perspektif Historis. Panggung, 27(Maret 2017), 15--25.
Ong, W. J. (1982). Orality and Literacy The Technologizing of the Word. (N. Y. Routledge, Ed.). London and New York.
Rahman. (2011). Kelisanan dalam Tradisi Maata Pada Masyarakat Laporo di Kabupaten Buton. Universitas Indonesia.
Sabana, S. dan H. S. (2005). Legenda Kertas: Menelusuri Jalan Sebuah Peradaban (p. 3326). Bandung: Kiblat Buku Utama.
Suryadi. (2011). Tradisi Lisan dalam Perspektif Kajian Agama. Denpasar.
Triwardani, R., & Wicandra, O. B. (2002). Literacy And Secondary Orality : ( Sebuah Analisis Perbandingan Kisah Romantis “A Walk to Remember ” Versi Novel dan Film ). Kajian Budaya Dan Media Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 37–44.
Venturini, T., Nielsen, R. K., International, E., & Dictionary, C. (1983). Secondary Orality ( or second orality ).
DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v8i2.1330
Refbacks
- There are currently no refbacks.