Budaya Dayak dan Unsur-Unsur Magis dalam Novel Kembang Gunung Purei Karya Lan Fang

Cahyaningrum Dewojati, Ine Wulandari

Abstract


This study analyzes the dialectics and negotiation process between elements contained in the narrative mode of magical realism by Wendy B. Faris. The material object is Kembang Gunung Purei novel by Lang Fang. The novel raises the issue of friction between two different cultures. The character of Nanang is described as a modern and logical cultural agent of a big city, while Bua is described as a figure who comes from the traditional Dayak community who believes in local cultural customs and magical things to solve various problems in life. This cultural background difference causes the emergence of dialectical and negotiation processes which can be explained by the five elements of Wendy B. Faris’ magical realism, such as irreducible elements, phenomenal world, unsettling doubts, disruptions of time, space, and identity. The five elements seek to equate the dominant subject with the marginalized subject. The results of the study show that the dialectic and negotiation process paved the way for the possibility of heterogeneity, not only from the dominant discourse (Nanang-modern), but also the marginalized discourse (Bua-traditional), not only from the subject called ‘West’ (immigrants-foreigners-city), but also the subject of the so-called ‘Timur’ (Dayak tribe).

 

Abstrak

Penelitian ini membahas dialektika dan proses negoisiasi antarelemen yang terdapat dalam mode naratif realisme magis yang digagas oleh Wendy B. Faris. Objek material yang digunakan adalah novel Kembang Gunung Purei karya Lang Fang. Novel tersebut mengangkat isu gesekan antara dua budaya berbeda. Tokoh Nanang digambarkan sebagai agen budaya kota besar yang modern dan logis, sementara Bua digambarkan sebagai tokoh yang berasal dari masyarakat tradisional Dayak yang banyak meyakini adat budaya lokal dan hal-hal magis sebagai solusi berbagai masalah dalam kehidupan. Latar belakang budaya yang berbeda itulah penyebab munculnya proses dialektika dan negosiasi yang dapat dijelaskan dengan lima elemen realime magis Wendy B. Faris, seperti irreducible element, phenomenal world, unsettling doubts, disruptions of time, space, dan identity. Kelima elemen tersebut berupaya untuk menyetarakan subjek yang dominan dengan subjek yang termaginalkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses dialektika dan negosiasi membuka jalan bagi kemungkinan heterogenitas tidak hanya dari wacana yang dominan (Nanang-modern), melainkan juga wacana yang termaginalkan (Bua-tradisional), tidak hanya dari subjek yang disebut ‘Barat’ (pendatang-orang asing-kota), melainkan juga subjek yang disebut ‘Timur’ (suku Dayak).


Keywords


magical realism, modern, traditional, dialectic, negotiation

References


Addiniyah, F., & Kamilah, Y. L. (2021). Sastra Peranakan Tionghoa. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Anwar, Muhammad Isra. (2018). Komunikasi Budaya dalam Masyarakat Dayak Kaharingan, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Skripsi. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Ariyanti. (2011). Budaya Tionghoa di Indonesia dalam Sebuah Cerpen Lang Fang. Jurnal Metasastra, 4(2), 116-122.

https://doi.org/10.26610/metasastra.2011.v4i2.116-122

Fang, L. (2012). Kembang Gunung Purei. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Faris, B. W. (2004). Magical Realism and The Remystification of Narrative. Vanderbilt University Press.

Faruk. (2007). Belenggu Pasca-Kolonial Hegemoni dan Resistensi dalam Sastra Indonesia. Pustaka Pelajar.

¬¬¬¬¬_____. 2020. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Pustaka Pelajar.

Fitryarini, Inda, dkk. (2014). Model Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal pada Suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di Kutai Barat. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 17, Nomor 3, Maret 2014 (207-314).

https://doi.org/10.22146/jsp.13085

Fordiansyah, A. dkk. (2019). Profil Kota Palangka Raya 2018. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

Haryanto. (2015). MUSIK SUKU DAYAK Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI.

Khairiyah, A., Wulandari, D., & Salsta, P. A. (2021). Sastra Peranakan Tionghoa. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Kurniawan, Adhitya Dwi, dkk. (2015). Kebudayaan Suku Dayak di Kalimantan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kutha, N. R. (2011). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Pustaka Pelajar.

Kuyasakti, Kuyen. (2013). Budaya Modern diakses pada 01 Desember 2022 pukul 07.01 WIB dari https://oligardan.blogspot.com/2013/02/budaya-modern.html.

Megawati, Katarina. (2022). Tuak dari Kalimantan Utara. Diakses pada 01 Desember 2022 05.30 WIB dari https://radio.aman.or.id/2022/07/15/tuak-dari-kalimantan-utara.html.

Natsir, M., Johansen, P., & Prastiwi, S. D. (2019). Upacara-Upacara Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah: Antara Adat dan Agama. CV. Media Jaya Abadi.

Nawawi, R., Ruslan, T., & Aziddin, Y. (1986). Sejarah Kota Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rochgiyanti. (2011). Fungsi Sungai bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Jurnal Komunitas, 3(1), 51-59.

https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i1.2293

Satrya, D. (2016). Basis Paradigma Teori Realisme Magis. Naskah digunakan untuk diskusi sastra yang diadakan Forum Apresiasi Sastra UAD Yogyakarta, Rabu 9 November 2016. Diakses pada 20 Juli 2022 pukul 01.34 WIB dari https://www.academia.edu/33894644/BASIS_PARADIGMA_TEORI_REALISME_MAGIS_1.

Sanjaya, M. R., Ilmi, B., & Marlinae, L. (2016). Kajian Perilaku Kesehatan Dukun terhadap Ibu dan Bayi setelah Melahirkan Suku Asli Dayak Meratus Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala Kesehatan, 2(1), 1-8.

https://doi.org/10.20527/jbk.v2i1.4838

Umam. (2021). Pengertian Tradisional Beserta Contoh Penggunaannya diakses pada 01 Desember 2022 pukul 07.10 WIB dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tradisional/.

Yonathan, Elroy. (2021). Bagondang dalam Upacara Pernikahan Adat di Desa Bakonsu, Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Yogyakarta: ISI.

Yustika, Natalia. (2017). Menggali Simbol-Simbol Perkawinan Adat Suku Dayak Tunjung sebagai Ungkapan Nilai Kesetiaan dalam Perkawinan Gereja Katolik di Kec. Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat. Kalimantan Timur. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Wahyudi. (2013). Dasar-Dasar Penggergajian Kayu. Yogyakarta: Penerbit Pohon Cahaya.

Wikipedia. (2022). Lan Fang. Diakses pada 22 Juli 2022 pukul 12.55 WIB dari https://id.wikipedia.org/wiki/Lan_Fang




DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v11i2.5239

Refbacks

  • There are currently no refbacks.