Vitalitas Bahasa Saleman di Negeri Saleman
Abstract
There has been no report on the study of the vitality of Saleman language. The purpose of this study is to determine the vitality of Saleman language in Saleman Village and try to explain the vitality based on the factors that determine the vitality of the language. This research uses a mixed method. The dominant method is the quantitative method. Qualitative methods used to help explain the findings of quantitative methods. Data collection done by questionnaire, interview, and observation. Research data processing in the form of respondents' responses to the questionnaire done quantitatively. Research results show that the vitality of the Saleman language in Village of Saleman is in a position of decline. Four factors determine the vitality of language, namely language contact, the realm of language use, documentation, and responses to new challenges. The index value is lower than the total index value. These four factors are the main contributors so that the vitality of the Saleman language in the State of Saleman is low, namely in a position of decline.
Abstrak
Sejauh penelusuran penulis, belum ada laporan mengenai kajian vitalitas bahasa Saleman. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman dan berusaha menjelaskan vitalitas itu berdasarkan faktor-faktor yang menentukan vitalitas bahasa. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Metode yang dominan ialah metode kuantitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan untuk membantu memberikan penjelasan dari temuan metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan observasi. Pengolahan data penelitian yang berupa tanggapan responden terhadap kuesioner dilakukan secara kuantitatif. Hasil peneilitian menunjukkan bahwa vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman dalam posisi mengalami kemunduran. Empat faktor yang menentukan vitalitas bahasa, yaitu kontak bahasa, ranah penggunaan bahasa, dokumentasi, dan respon terhadap tantangan baru nilai indeksnya lebih rendah daripada nilai indeks total. Keempat faktor itulah yang menjadi penyumbang utama sehingga vitalitas bahasa Saleman di Negeri Saleman rendah, yaitu dalam posisi mengalami kemunduran.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Aritonang, Buha. (2013). Vitalitas Bahasa Seget: Kajian ke Arah Pemetaan Vitalitas Bahasa Daerah. Sawerigading, 19(1), 47-56. https://doi.org/10.26499/rnh.v5i1.34
Aritonang, Buha (2016). Kriteria Vitalitas Bahasa Talondo. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 5(1), 8-24. https://doi.org/10.26499/rnh.v5i1.34
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009.
Candrasari, Ratri. (2017). Bahasa Devayan di Pulau Simeuleu: Kajian Vitalitas Bahasa. Disertasi Fakultas Ilmu Budaya, Unversitas Sumatera Utara.
Chaer, Abdul dan Lionie Agustina. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Collins. James T. (2018). Penelitian Bahasa di Maluku. Kota Ambon: Kantor Bahasa Maluku.
Firdaus, Winci. (2018). Tekanan Kepunahan Bahasa Suwawa: Analisis Tingkat Daya Hidup Bahasa. Dalam Metalingua, Vol. 16 No. 2, 307-314. https://doi.org/10.26499-/metalingua.v16i2.240
Ibrahim, Gufron Ali. (2009). Metamorfosa Sosial dan Kepunahan Bahasa. Ternate: Lembaga Penerbitan Universitas Khairun (LepKhair).
Inayatusshalihah. (2018). Bahasa Buru di Pesisir Utara Pulau Buru: Sebuah Tinjauan Awal terhadap Daya Hidupnya. Dalam Forum Linguistik Universitas Gadjah Mada, 1(2), 153-161. https://doi.org/10.22146/db.v1i2.332
Katubi. (2011). Bahasa Minoritas dan Konstruksi Identitas Etnik pada Komunitas Bahasa Kui di Alor, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Indonesia, 37(2), 199-219.
Lukman. (2012). Vitalitas Bahasa: Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa. Makassar: de La Macca.
Malabar, Sayama. (2015). Sosiolinguistik. Gorontalo: Ideas Publishing.
Mardikantoro, Hari Bakti. (2012). Bentuk Pergeseran Bahasa Jawa Masyarakat Samin dalam Ranah Keluarga. Litera, 11(2). https://doi.org/10.21831/ltr.v11i2.1062
Maricar, Farida dan Ety Duwila (2017). Vitalitas Bahasa Ternate di Pulau Ternate. Etnohistori, 4(2), 136-151.
Nugroho, Mardi. (2018). Vitalitas Bahasa Yalahatan. Makalah pada Prosiding Seminar Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung.
Sahril. (2018). Pergeseran Bahasa Daerah pada Anak-Anak di Kuala Tanjung, Sumatra Utara. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 7(2), 210-228. https://doi.org/10.26499/rnh.v7i2.571
Setiawati dkk. (2019). Vitalitas Bahasa, Diglosia, dan Ketirisannya: Pemertahanan Bahasa Manduro di Desa Manduro, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Widyaparwa, 47(2), 116-127. https://doi.org/10.26499/wdprw.v47i2.293
Tim Pemetaan Bahasa. (2017a). Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Tim Konservasi dan Revitalisasi. (2017b). Pedoman Konservasi dan Revitalisasi Bahasa. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Unesco. (2011). UNESCO's Languages Vitality and Endangerment Methodological Guideline: Review of Application and Feedback since 2003.
Wagiati, Wahya, dan Riyanto (2017). Vitalitas Bahasa Sunda di Kabupaten Badung. Litera, 16. (2), 309-317. https://doi.org/10.21831/ltr.v16i2.14357
Wibowo, Sarwo F. (2014). Vitalitas Bahasa Enggano di Pulau Enggano. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 3(1), 1-12. https://doi.org/10.26499/rnh.v3i1.6
Winarti, Sri. (2014). Vitalitas Bahasa Bahonsuai di Desa Bahonsuai, Provinsi Sulawesi Tengah. Widyaparwa, 42(1), 61-74.
DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v9i2.2938
Refbacks
- There are currently no refbacks.