Struktur Diksi dalam Penamaan Rumah Makan Pedas di Malang Raya

Cicik Tri Jayanti

Abstract


Potential consumers' interest in food is not only through taste but also the uniqueness of the place of origin or restaurant. One form of uniqueness is the naming of the restaurant. The use of word choices (diction) in naming restaurants varies, especially the use of spicy elements. In 2022, 246 restaurants in Malang will label place names and dishes with spicy taglines and their derivatives. Therefore, this research aims to analyze (1) the general structure of naming spicy restaurants in Malang Raya; (2) the specific structure of naming spicy restaurants in Malang Raya; and (3) spicy associations. Qualitative descriptions were used as a design framework in this research. The research data is in linguistic units in the names of spicy restaurants in Greater Malang. Data is in the form of words and sentences. There are seven procedures carried out for this research, including providing core data with five analysis steps: direct observation, textualization, developing analysis columns, segmentation, thematization, propositionalization, and data reduction stages. The following five steps include the process of (1) elaborating, (2) interpreting, (3) summarizing, (4) concluding, and (5) drawing suggestions. Based on these steps, the results were found: (1) the general structure of naming spicy restaurants in Malang, the most common and widely used, is the cooking element (essential ingredients) and the spicy element or spicy identity; (2) the unique structure for naming spicy restaurants in Malang Raya consists of product name, mention of restaurant identity, cuisine (essential ingredients), place (address), processing method, spicy elements, owner's name, spicy identity and additional information; (3) The choice of words (diction) in the spicy identity element uses references, namely creatures, body elements, humans, animals and objects, traits, verbs and circumstances or adverbs.

 

Abstrak

Ketertarikan calon konsumen terhadap makanan tidak hanya melalui rasa, namun juga keunikan dari tempat asal atau rumah makan tersebut. Salah satu bentuk keunikan tersebut adalah penamaan rumah makan. Penggunaan pilihan kata (diksi) dalam penamaan rumah makan memiliki ragam yang bervariasi, terlebih pada penggunaan unsur pedas dalam penamaan rumah makan. Tahun 2022, tercatat 246 rumah makan di kota Malang yang melabeli nama tempat dan olahan dengan tagline pedas dan turunannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis (1) struktur umum penamaan rumah makan pedas di Malang Raya; (2) struktur khusus penamaan rumah makan pedas di Malang Raya; dan (3) asosiasi pedas. Deskripsi kualitatif digunakan sebagai kerangka desain dalam riset ini.  Data penelitian berupa satuan kebahasaan pada nama-nama rumah makan pedas di Malang raya. Data berupa kata dan kalimat. Terdapat tujuh prosedur yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penyediaan data inti dengan lima langkah analisisnya, yakni pengamatan langsung, tekstualisasi, mengembangkan kolom analisis, memberikan segmentasi, tematisasi, proposisionalisasi, serta tahapan reduksi data. Lima Langkah berikutnya mencakup proses (1) penguaraian, (2) penafsiran, (3) perangkuman, (4) penyimpulan, dan (5) penarikan saran. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, ditemukan hasil: (1) struktur umum penamaan rumah makan pedas di Malang raya paling umum dan banyak digunakan adalah unsur masakan (bahan dasar) dan unsur pedas atau asosiasi pedas; (2) struktur khusus penamaan rumah makan pedas di Malang Raya terdiri dari nama produk, penyebutan identitas rumah makan, masakan (bahan dasar), tempat (alamat), cara mengolah, unsur pedas, nama pemilik, asosiasi pedas dan keterangan tambahan; (3) Pemilihan kata (diksi) di dalam unsur asosiasi pedas menggunakan acuan, yaitu Makhluk, unsur tubuh, manusia, hewan,  dan benda, sifat, kata kerja, dan keadaan atau adverbia. 

 

 


Keywords


Penamaan; rumah makan pedas; struktur umum; struktur khusus; identitas pedas

Full Text:

PDF

References


Asrumi, A. (2017). Mengungkap di Balik Makna Nama-Nama Kuliner dan Implikasinya di Jember Jawa Timur (Tinjauan Sosiosemantik). Universitas Jember

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Bell, R., Meiselman, H. L., Pierson, B. J., & Reeve, W. G. (1994). Effects of Adding an Italian Theme to a Restaurant on the Perceived Ethnicity, Acceptability, and Selection Of Foods. Appetite, 22(1), 11-24. https://doi.org/10.1006/appe.1994.1002

Byrnes, N. K. (2014). The Influence of Personality and Experience on the Perception, Liking, and Intake of Spicy Foods. The Pennsylvania State University.

Chaer, A. (2019). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Rineka Cipta

Chen, L. N. H. (2018). Of Authenticity and Assimilation: Names of American Chinese Restaurants. Names, 66(1), 3-13. https://doi.org/10.1080/00277738.2017.1344458

Djajasudarma, F. (2009). Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: Refika Aditama.

Fiiarum, F. A. K., & Syahri, M. (2023). Strategi Roasting Kiky Saputri terhadap Petinggi Negara. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra, 9(2), 780-794. https://doi.org/10.30605/onoma.v9i2.2674

Fitrisia, D., Sibarani, R., Mulyadi, M. U. R., & Suhairi, L. (2020). The Naming Of Acehnese Traditional Culinary. Humanities & Social Sciences Reviews, 8(2), 815-823. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.8290

Fonte, M., & Papadopoulos, A. G. (2010). Naming food after places: food relocalisation and knowledge dynamics in rural development. Ashgate Publishing, Ltd.

Karno, J., & Saifullah, A. R. (2019). Penamaan Rumah Makan Padang di Sepanjang Jalan Gegerkalong Girang (Tinjauan Semantik). Seminar Internasional Riksa Bahasa. http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/903

Kosasih, D., Hendrayana, D., Firdaus, W., Nurhuda, D. A., & Basori, B. (2023). Sistem Nama Diri Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 12(1), 101-112.

Kim, K., & Baker, M. A. (2017). The Impacts of Service Provider Name, Ethnicity, and Menu Information on Perceived Authenticity and Behaviors. Cornell Hospitality Quarterly, 58(3), 312-318. https://doi.org/10.1177/1938965516686107

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik (Edisi keti). Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik (Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun, M. (2017). Metode Penelitian Bahasa. Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Rajawali Press.

Mulyadi, J. (2019). Penamaan Tempat Usaha dan Menu Kuliner Spesifik Mi Pada Fitur GOO-FOOD dalam Aplikasi GO-JEK Area Padang: Kajian Semantik. Journal of RESIDU, 3(18).

Nurlaela, L., Afifah, A., & Nugraha, M. W. (2023). Perbedaan Deret Konsonan dan Gugus Konsonan pada Bahasa Indonesia. Fonologi: Jurnal Ilmuan Bahasa dan Sastra Inggris, 1(2), 28-37. https://doi.org/10.61132/fonologi.v1i2.270

Oktavianus, & Anwar, K. (2017). Linguistic Landscape of the Names and Cultural Values of Rumah Makan Minang. Sixth International Conference on Languages and Arts (ICLA 2017), 153-159. https://doi.org/10.2991/icla-17.2018.27

Pamantung, R. P., Mantau, M., & Kojong, M. (1976). Gastronomy Heritage of Minahasan Traditional Food and Spicy. On the Austronesian and Papuan Worlds (ICAPaW 2019), 6, 102.

Pateda, M. (2001). Semantik Leksikal. PT Rineka Cipta.

Prayudhi, R., & Triyanto, T. (2022). Pemilihan Diksi pada PenamaanTempat Kuliner sebagai Penarik Minat Masyarakat Urban. Jurnal Fascho: Kajian Pendidikan Dan Sosial Kemasyarakatan, 12(1). https://doi.org/10.54626/fascho.v12i1.169

Puspita, D. (2021). Pergeseran Nilai Pada Penamaan Makanan di Indonesia.

Serwe, S., Ong, K. K. W., & Ghesquière, J. F. (2013). "Bon appétit, Lion City": The use of French in naming restaurants in Singapore. In Culinary Linguistics (pp. 281-304). John Benjamins.

https://doi.org/10.1075/clu.10.12ser

Setyadi, A. (2019). Fonem Deret Konsonan dalam Bahasa Indonesia. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 14(1), 53-64. https://doi.org/10.14710/nusa.14.1.53-64

Sholehah, N. I. (2015). Penamaan Dan Makna Asosiatif Pada Nama-Nama Kuliner Unik Di Surabaya: Kajian Semantik. Universitas Airlangga.

Silviana, R. (2020). Makna Asosiatif pada Menu Makanan Unik di Kabupaten Jember. Universitas Muhamdaiyah Jember.

Simatupang, L., & Setyawati, R. (2023). Kajian Penamaan Kuliner di Balikpapan Menggunakan Teori Semantik Ogden-Richard. JSHP : Jurnal Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 7(1), 18-31. https://doi.org/10.32487/jshp.v7i1.1601

Sitaresmi, N., & Fasya, M. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. UPI Press Bandung

Sudaryanto, D. P. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa [Method and Technique of Language Study]. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sudaryat, Y. (2008). Makna dalam wacana: prinsip-prinsip semantik dan pragmatik. CV. Yrama Widya.

Suksmawati, H., & Kusuma, A. (2017). Brand Identity of 'Mie Setan'as Noodle's Restaurant in Indonesia (Semiotic Studies of the Symbols which Representing Brand of 'Mie Setan'in Instagram). 2nd-4th May 2017 Universiti Utara Malaysia, Sintok, Malaysia, 483.

Suwandi, S. (2008). Semantik: Pengantar kajian makna. Media Perkasa

Tampubolon, A., & Adlina, H. (2023). Pengaruh Brand Image, Dan Online Customer Review Terhadap Keputusan Pembelian: (Pada Konsumen Mie Gacoan Medan). Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 1(1), 367-374.

Tjiptono, F. (2015). Strategi Pemasaran (Edisi Keempat). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Ulfiatussalwa, U., Rohman, S. N., & Latifah, T. (2023). Menganalisis Deret Konsonan Fonologi Bahasa Indonesia. Semantik: Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa Dan Budaya, 1(3), 44-53. https://doi.org/10.61132/semantik.v1i3.219

Wansink, B., Van Ittersum, K., & Painter, J. E. (2005). How Descriptive Food Names Bias Sensory Perceptions in Restaurants. Food Quality and Preference, 16(5), 393-400. https://doi.org/10.1016/j.foodqual.2004.06.005

Wijana, I. D. P. W. P. (2016). Bahasa dan Etnisitas: Studi Tentang Nama-Nama Rumah Makan Padang. Linguistik Indonesia, 34(2), 195-206. https://doi.org/10.26499/li.v34i2.50




DOI: https://doi.org/10.26499/rnh.v13i1.6034

Refbacks

  • There are currently no refbacks.