PRESERVASI NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN TEDA MASYARAKAT KABIZU BEIJELLO MELALUI RANAH PENDIDIKAN (Preservation of Local Wisdom Teda Oral Tradition of Kabizu Beijello Community through the Domain of Education)

Yuliana Sesi Bitu, R. Kunjana Rahardi

Abstract


Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi lisan Teda pada upacara Padede Uma Kalada dan merumuskan strategi preservasi tradisi lisan Teda melalui ranah pendidikan. Analisis nilai kearifan lokal dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan perspektif ekolinguistik metaforis. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak, wawancara etnografis dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan lima nilai kearifan lokal, yakni nilai ketaatan, religius, persatuan, rekonsiliasi dan syukur. Upaya preservasi nilai kearifan lokal dalam tradisi lisan Teda melalui ranah pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra serta muatan lokal. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dengan membentuk kelompok minat dan bakat yang mengikutsertakan unsur kebudayaan di dalamnya.

This research has two objectives namely to describe the values of local wisdom contained in the Teda oral tradition at the Padede Uma Kalada ceremony and to formulate a preservation strategy of the Teda oral tradition through the realm of education. The analysis of the value of local wisdom in this study is studied using a metaphorical ecolinguistic perspective. The methods used to collect data are observation, etnography interview methods and literature review. Based on the research results, it was found that there were five values of local wisdom, namely the values of obedience, religion, unity, reconciliation and gratitude. The preservation of local wisdom values in the Teda oral tradition through the realm of education can be done through curricular activities and extracurricular activities. Curricular activities can be carried out through language and literature learning activities as well as local content. Meanwhile, extracurricular activities can be carried out by forming interest and talent groups that include cultural elements in them.



Keywords


tradisi lisan Teda Padede Uma Kalada; Kabizu Beijello; preservasi; nilai kearifan lokal; ekolinguistik metaforis; Teda Padede Uma Kalada oral tradition; preservation; local wisdom values; metaphorical ecolinguistics

References


Afiqoh, N., Atmaja, H. T., & Saraswati, U. (2018). Penanaman nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah pokok bahasan perkembangan Islam di Indonesia pada siswa Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Pamotan Tahun Ajaran 2017/2018. Indonesian Journal of History Education, 6 (1), 42—53.

Aluman, A. (2016). Perekonomian desa pada pelana masyarakat Sumba", G. Neonbasu (Ed.). Akar Kehidupan Masyarakat Sumba: dalam Cita Rasa Marapu. Jakarta: Lappop Press Jakarta.

Aslan. (2017). Nilai-nilai kearifan lokal dalam budaya pantang larang zuku Melayu Sambas". Jurnal Ilmu Ushuluddin, 16 (1), 11—20.

Asmaroini, A. P. (2017). Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era globalisasi". Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan,1 (2), 50—64.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kamus Besar Bahasa Indoensia Daring. Diakses melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/

Bera, Petrus, Ngogo, T. (2016). Spiritual capital dalam dinamika pembangunan dan ide kekerabatan, G. Neonbasu (Ed.). Akar Kehidupan Masyarakat Sumba dalam Cita Rasa Marapu. Jakarta: Lappop Press.

Chaer, A. dan L. A. (1995). Sosiolinguistik: Suatu pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dharmojo. (2005). Sistem simbol dalam Munaba Waropen Papua. Pusat Bahasa dan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Bahasa dan Departemen Pendidikan Nasional.

Duranti, A. (1997). Linguistic anthropology. New York: Cambridge University Press.

Endang, F. (2018). Preservasi, konservasi, dan restorasi bahan perpustakaan". LIBRIA, 10 (1), 13—32.

Haugen, E. (1972). The ecology of language. California: Stanford University Press.

Hidayatullah, Riyan., Bambang Riadi, G. E. P. (2017). Transformasi tradisi lisan Lampung dalam seni pertunjukan: Perspektif pendidikan dan pewarisan budaya" dalam Prosiding Kegiatan Ilmiah Tingkat Nasional Kearifan Lokal dalam Dinamika Masyarakat Multikultural. Lampung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung.

Kami, K. (2018). Tradisi lisan Oka sebagai manifestasi jati diri masyarakat Wewewa Sumba Barat Daya : Kajian etnopragmatik. Tesis. Universitas Sanata Dharma.

Kartawinata. (2011). Merentas kearifan lokal di tengah modernisasi dan tantangan pelestarian. Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.

Kompas. (2019). Cegah kematian bahasa.Diperoleh darihttps://kompas.id/baca/utama/2019/10/29/cegah-kematian-bahasa/

Mahsun. (2005). Metode penulisan bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: Rajawali Press.

Mbete, A. M. (2015). Pembelajaran bahasa berbasis lingkungan: Perspektif ekolinguistik. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1 (2), 352—364.

Mulyadi. (2014). Ekologi bahasa dan metafora ekologis.Kumpulan Makalah. Seminar Nasional Ekolinguistik, 93—100. Medan.

Neonbasu, G. (2016). Tata krama relasi manusia dengan Marapu, G. Neonbasu (Ed.). Akar Kehidupan Masyarakat Sumba: dalam cita rasa Marapu. Jakarta: Lappop Press Jakarta.

Nugraha, M. T. (2019). Rekonsiliasi nilai-nilai kepahlawanan serta internalisasinya dalam pendidikan Islam. Jurnal Ta’dibuna, 8 (2), 241—258.

Primadesi, Y. (2013). Preservasi pengetahuan dalam tradisi lisan seni pertunjukan Randai di Minangkabau Sumatera Barat". Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 1 (2), 179—187.

Rahardi, K. (2009). Bahasa prevoir budaya. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Rahardi, R. K. (2016). Urgensi menggelorakan linguistik ekologi. Kedaulatan Rakyat.

Rahardi, R. K., Setyaningsih, Y., & Rishe Purnama Dewi. (2016). Kefatisan berbahasa dalam perspektif linguistik ekologi metaforis". Seminar Tahunan Linguistik, 1—6.

Ramone, R. (2015). Revitalisasi desa adat dan dampak sosial budaya masyarakat di Pulau Sumba. Jakarta: Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi.

Shobihah, I. F. (2014). Kebersyukuran (Upaya membangun karakter bangsa melalui figur ulama). Jurnal Dakwah, 2 (15), 383—406.

Spradley, James, P. (2007). Metode etnografi (Kedua). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sriyono. (2014). Kearifan lokal dalam sastra lisan suku Moy Papua". Jurnal Atavisme, 17 (1), 55—69.

Steffensen, Sune, V., & Fill, A. (2013). Ecolinguistics : The state of the art and future horizons". Language Sciences, 1—20.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sukmayadi, T. (2018). Nilai-nilai kearifan Lokal dalam pandangan hidup masyarakat adat Kampung Kuta". Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1 (3), 19—29.

Supriatin, Yeni, Mulyani. (2012). Tradisi lisan dan identitas bangsa: Studi kasus kampung adat Sinarresmi, Sukabumi. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, 407—418.

Takari, M. (2013). Tradisi lisan di alam Melayu. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara https://doi.org/10.13140/RG.2.2.27442.91845

Uyanne, C. M., Onuoha, E. C., & Osigwe, N. A. (2014). Ecolinguistic perspective : Dialectics of language and environment". AJELLS, 5 (1), 150—169.

Wirajaya. (2016). Preservasi dan konservasi naskah-naskah Nusantara di Surakarta sebagai upaya penyelamatan aset bangsa". Jurnal Etnografi, 2 (16), 59—123.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v16i2.2195

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->