VITALITAS BAHASA MORONENE DI KABUPATEN BOMBANA (Vitality of Moronene Language in Kabupaten Bombana)

A.D. Firman, Hidayatul Astar, Mardi Nugroho

Abstract


This study aimed to know the vitality of Moronene language in various social domain. Descriptive-quantitative was used to describe ten indicators which become elements of evaluation. In calculating the level of vitality, the SPSS program was used and percentage system was used in describing every indicator. Those quantitative data were synergized with the qualitative data from in-depth interview and observation. The result showed that average index of all indicators was at vitality figures of 0.54 which means Moronene language had a regression. That condition was caused by the high mobility of the speakers. Accessibility and transportation facilities were very good. The speakers of Moronene language can utter two languages or more, so that they have choice of using other languages. The plurality of social situation due to interethnic marriage. The number of documentations about Moronene language are relatively very limited. Moronene language was less used in neighbors, traditional ceremonies, and new media. Besides, the availability of teaching materials was very restricted. There was no also regulation about local language. 

 

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui vitalitas bahasa Moronene dalam berbagai ranah sosial. Ancangan penelitian ini bersifat kuantitatif-desktiptif dengan menggunakan sepuluh indikator penilaian. Untuk menghitung tingkat vitalitas digunakan program SPSS dan untuk mendeskripsikan tiap indikator digunakan sistem persentase. Hasil pengolahan data kuantitatif tersebut disinergikan dengan pengolahan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks secara rerata dari keseluruhan indikator berada pada angka vitalitas 0,54 dengan kategori mengalami kemunduran. Kondisi tersebut disebabkan oleh mobilitas penutur yang tinggi karena akses dan jalur transportasi yang sangat baik. Masyarakat penutur Moronene cenderung menguasai dua bahasa atau lebih sehingga masyarakat memiliki pilihan bahasa yang lain. Situasi sosial masyarakat yang majemuk menyebabkan terjadinya pernikahan antaretnis. Jumlah dokumentasi mengenai bahasa Moronene relatif sangat terbatas. Bahasa Moronene kurang digunakan dalam ranah tetangga, upacara adat, dan media baru. Selain itu, ketersediaan bahan ajar sangat kurang dan regulasi yang tidak ada.

 


Keywords


language vitality; Moronene language; language extinction; language decrease; vitalitas bahasa; bahasa Moronene; kepunahan bahasa; kemunduran bahasa

Full Text:

PDF

References


Andersen, T. D. (2006). Suku bahasa di Sulawesi Tenggara. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Andersen, T. D. (2010). Pelestarian dan pengembangan bahasa Moronene. Dalam D. Hanna (Ed.), Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara (pp. 139–147). Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.

Aritonang, B. (2016). Kriteria vitalitas bahasa Talondo. Ranah, 5(1) , 8–24.

Candrasari, R. (2017). Bahasa Devayan di Pulau Simeulue: Kajian vitalitas bahasa. Disertasi. Universitas Sumatera Utara.

A.D., F. (2014). Bentuk dan makna reduplikasi bahasa Moronene. Kandai, 10 (1), 1–15.

A.D., F. (2017). Morfofonemik dalam afiksasi bahasa Moronene. Widyaparwa, Vol. 45(1), 47–67.

A.D., F. (2020a). Vitalitas bahasa Tolaki di Kota Kendari. Kandai, 16 (2), 183–204.

A.D., F, dkk. (2020b). Vitalitas bahasa Tolaki Mekongga di Kabupaten Kolaka. Laporan Penelitian. Kantor Bahasa Provinsi Sulwesi Tenggara.

Ibrahim, G. A. (2011). Bahasa terancam punah: Sebab-sebab, gejala, dan strategi perawatannya. Dalam Linguistik Indonesia (Ed.), Linguistik Indonesia Tahun ke-29, No. 1 (pp. 35–52). MLI.

Inayatusshalihah. (2018). Kajian vitalitas bahasa Adang di Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Lestari. S.I. (2019). Etnologue: Languages of Sulawesi (Yanti dan Tessa Yuditha (ed.); 1st ed.). Jakarta: Unika Atma Jaya.

Sugono, D. (2017). Bahasa dan peta bahasa di Indonesia (2nd ed.). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Tsunoda, T. (2005). Language endargement and language revitalization: An introduction. Berlin: Mouton de Gruyter.

UNESCO. (2008). Atlas of the world’s languages in danger of dissapearing. https://unesdoc. unesco.org/ark:/

Wagiati, W., & Riyanto, S. (2017). Vitalitas bahasa Sunda di Kabupaten Bandung. Litera, 16(2) (1 Oktober 2017), 309–317.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v19i1.4551

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->