PEREMPUAN DALAM MASA REVOLUSI DALAM CERPEN S. RUKIAH: SEBUAH PEMBACAAN GINOKRITIK (Women during Revolution Time in S. Rukiah’s Short Story: A Gynocritical Reading)

Dwi Oktarina, Lily Tjahjandari Tjahjandari, Sunu Warsono

Abstract


The revolutionary period is described as an important chapter in modern Indonesian history. At this time, self-awareness as an independent nation was formed within the Indonesian people. As one of the women writers during the revolutionary era, Rukiah’s thoughts made enthusiasm within the framework of liberating women. This research seeks to reveal Rukiah's position as a woman writer by using the women as a writer or ginocritic approach in the short stories "Mak Esah" and "Istri Prajurit" in Tandus (first published in 1952 and reprinted in 2017). The results of the study show that Rukiah gives a picture of reality in her works. Apart from that, he also gave a portraits of life during the revolutionary period by using a straightforward language as well as symbolic language. From the results of the ginocritical reading, it was revealed that Rukiah really upholds the spirit of change for women. However, he has not shown any effort to support women's condition to be free from male oppression. The depiction of female characters physically and mentally has not shown Rukiah's alignment with the view of freeing women from oppression.


Masa-masa revolusi digambarkan sebagai satu babak penting dalam sejarah Indonesia modern. Pada masa ini, kesadaran diri sebagai bangsa yang merdeka terbentuk dalam diri rakyat Indonesia. Sebagai salah satu perempuan pengarang di era revolusi, Rukiah hadir membawa pemikiran dan semangat dalam kerangka memerdekakan perempuan. Penelitian ini berusaha mengungkap gambaran posisi Rukiah sebagai seorang perempuan pengarang dengan menggunakan pendekatan women as a writer atau ginokritik dalam cerpen “Mak Esah” dan “Istri Prajurit” yang termaktub dalam Tandus (terbit pertama pada 1952 dan dicetak ulang pada 2017). Hasil kajian menunjukkan bahwa Rukiah memberi gambaran realitas dalam karya-karyanya. Selain itu, ia juga menuangkan potret kehidupan pada masa-masa revolusi dengan menggunakan gaya bahasa lugas sekaligus juga bahasa simbol. Dari hasil pembacaan ginokritik terungkap bahwa Rukiah memang menjunjung tinggi semangat perubahan bagi kaum perempuan. Akan tetapi, ia belum menunjukkan upaya mendukung kondisi perempuan untuk terlepas dari opresi laki-laki. Penggambaran karakter tokoh perempuan secara fisik maupun batiniah belum menunjukkan keberpihakan Rukiah pada pandangan untuk membebaskan kaum perempuan dari ketertindasan.


Keywords


Angkatan ’45; gynocritical reading; revolution; Rukiah, Tandus; Angkatan ’45; ginokritik; revolusi; Rukiah; Tandus

References


Awuy, T. F. (1995). Wacana tragedi dan dekonstruksi kebudayaan. Yogyakarta: Jentera.

Eliot, L. (2019). Bad science and the unisex brain. Springer Nature, 566, 453-454.

Eneste, P. (1990). Leksikon kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Djambatan.

Erowati, R., & Bahtiar, A. (2011). Sejarah sastra Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Gallop, A. T. (1985). The work of S. Rukiah. London: Master Thesis at SOAS.

Handayani, R. (2015). Melalui narasi autobiograis. Dalam bahasa dan sastra kontekstual di era Postliteracy. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Hidayati, N., Fadhila, A. N., & Prasetyo, M. A. (2020, Desember). Narasi domestikasi perempuan era kemerdekaan pada enam cerpen S. Rukiah yang terhimpun dalam buku Tandus. Jurnal Wanita dan Keluarga, 1(2), 1-15.

Idrus. (2011). Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (cetakan ke-27). Jakarta: Balai Pustaka.

Irmayani, Asfar, D. A., & Fuad, K. (2005). Feminisme dalam Saman, Imipramine, dan Jangan Main-Main dengan Kelaminmu. Jakarta: Pusat Bahasa.

Jassin, H. (1967). Kesusastraan Indonesia modern dalam kritik dan esei Cetakan Kedua. Jakarta: Gunung Agung.

Jassin, H. (2013). Gema tanah air puisi dan prosa. Bandung: Pustaka Jaya.

Jones, T. (2013). Culture, power, and authoritarianism in the Indonesian state: cultural policy across the twentieth-century to the reform era. Leiden: BRILL.

Lawrence, A. M. (2009). Shattered hearts: Indigenous women and subaltern resistance in Indonesian and indigenous Canadian literature. British Columbia: University of Victoria.

Loebis, A. B. (1992). Kilas balik revolusi, kenangan, pelaku, saksi. Jakarta: Penerbit UI.

Moi, T. (1985). Sexual/textual politics: Feminist literary theory. London: Routldege.

Ohorella, G., Sutjianingsih, S., & Ibrahim, M. (1992). Peranan wanita Indonesia dalam masa pergerakan nasional. Jakarta: Depdikbud.

Plate, L. (2016, April). Gynocriticism. Diambil kembali dari https://www.researchgate.net/publication/316363964

Priyatna, A. (2013). Suwarsih Djojopuspito: Menciptakan subjek feminis nasionalis melalui narasi autobiograis. Jakarta: Serambi Salihara.

Purnamasari, I., & Fitriani, Y. (2020). Kajian Ginokritik pada novel Namaku Teweraut karya Ani Sekarningsih. Pembahsi: Jurnal Pembelajaran Bahasa Indonesia, 10(1), 1-15.

Ricklefs, M. (2001). A History of modern Indonesia since c.1200: Third Edition. London: Palgrave.

Rosidi, A. (1982). Ikhtisar sejarah sastra Indonesia Cetakan ketiga. Bandung: Binacipta.

Rukiah, S. (2017). Tandus: Sajak-sajak dan kisah-kisah. Bandung: Ultimus.

Showalter, E. (1979). Towards a feminist poetics. Dalam M. Jacobus (Penyunt.), Women and writing and writing about women (hal. 22--41). London: Croom Helm.

Showalter, E. (1988). Feminist criticism in the wilderness. Dalam D. Lodge (Penyunt.), Modern Criticism and Theory (hal. 331-353). London: Longman.

Sjamsuddin, H., Ekadjati, E. S., Marlina, I., & Kuswiah, W. (1992). Menuju negara kesatuan: Negara Pasundan. Jakarta: Depdikbud.

Stuers, C. V.-D. (2017). Sejarah perempuan Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.

Teeuw, A. (1967). Modern Indonesian literature. Leiden: KITLV Leiden.

Toer, P. A. (2003). Realisme sosialis dan sastra Indonesia. Jakarta: Lentera Dipantara.

Vickers, A. (2005). A History of modern in Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press.

Wiryawan, Y. (2018, April). Independent woman in Postcolonial Indonesia: Rereading the Works of Rukiah. Southeast Asian Studies, 7(1), 85-101.

Wood, M. (2005). Official history in modern Indonesia: New Order perceptions and counterviews. Netherland: BRILL.

Woolgar, M. (2020). A ‘cultural cold war’? Lekra, the left and the arts in West Java, Indonesia, 1951-65. Indonesia and the Malay World, 48(140), 97-115. Diambil kembali dari https://doi.org/10.1080/13639811.2019.1682316

Zaidi, Z. F. (2010). Gender Differences in Human Brain: A Review. The Open Anatomy Journal, 37-55.




DOI: https://doi.org/10.26499/jk.v20i1.5945

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

 

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja, Anduonohu, Kendari 93231

Telepon(0401) 3135289, 3135287

pos-el: kandaisultra@gmail.com

 



-->