MENYUSURI JEJAK SYAIR DI BARUS: KAJIAN ANTROPOLOGIS

Nurelide Nurelide

Abstract


Tujuan penelitian ini untuk mengungkap keberadaan syair Hamzah Fansuri, yang namanya menggegerkan dunia Islam melalui syair-syair sufistiknya.  Kapur barus  tidak dapat dipisahkan dari kota kecil di Pantai Barat Pulau Sumatera yang menjadi tempat asalnya, yaitu Barus yang memiliki nama lain Fansur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena tujuannya mengungkap keberadaan syair Hamzah Fansuri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa syair Hamzah Fansuri pernah berkembang sekitar abad ke-XVI hingga ke-XVII, hampir sama terkenalnya dengan kisah kapur barus. Syair hamzah Fansuri sarat dengan ajaran lebih mendekatkan diri kepada Sang Khalik namun, keberlangsungan ajarannya sulit untuk meyakinkan orang. masyarakat Tapanuli Tengah yang mempunyai karakter sangat terbuka dengan pendatang. Sehingga banyak penduduknya dari luar, menyebabkan akutulrasi budaya hingga muncul syair baru yang berkembang hingga sekarang yaitu syair sikambang. Bergeser sedikit ke arah Barat kecamatan Manduamas berbatasan langsung dengan Kabupaten Pakpak Bharat ditemukan juga syair (odong-odong) yang dilantunkan oleh laki-laki yang sedang berada di tengah hutan.


Keywords


Syair, Hamzah Fansuri, Sikambang

Full Text:

PDF

References


Craib, I. (1994). Teori-Teori Sosial Modern dari Parsons sampai Habermas. Diterjemahan Paul S. Baut dan T. Effendi. Jakarta: Rajawali.

Drakard, J. (2003). Sejarah Raja-Raja Barus Dua Naskah dari Barus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, S. (2018). Antopologi Sastra Lisan Perpektif teori dan Praktik Pengkajian. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Hanafiah, A. (1998). Kajian Nilai Budaya Naskah Kuna. Jakarta: CV Pialamas Permai.

Hadi W.M, A. (2003). Wawasan Sastra Hamzah Fansuri dan Estika Sufi Nusantara. Dalam

Buku Jejak Hamzah Fansuri. Balai Bahasa Medan: CV Bintang Terang.

Nurelide. (2018). Kearifan Lokal Tradisi Sikambang Pesisir Sibolga (proceeding seminar Nasional

Bahasa dan Sastra hal 225). Bengkulu: Kantor Bahasa Bengkulu.

Nurelide. (2017). Odong-odong Sastra Lisan Pakpak. Medan: Penerbit Mitra

Ratna, N.K. (2011). Antropologi Sastra, Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N.K., (2004). Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Simanjuntak, A.B. (2010). Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Semi, A. (1993). Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa Raya.

Sultani. (2005). Al-Insan Al-Kamal Dalam Konsepsi Hamzah Fansuri Tesis Program Pasca Sarjana Instistut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Medan: IANSU

Suseno, F.M. (1991). Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafati Tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Tim Redaksi.

http://bakkara.blogspot.com/2006/06/kapur-dari-barus-hamzah-dari-fansur.html.

https://ms.wikipedia.org/wiki/Syair_Perahu

https://www.acehtrend.com/2016/08/01/singkil-punya-kapur-barus-punya-nama/.https://www.semanticscholar.org/paper/BENTUK-DAN-MAKNA-NYANYIAN-SUNYI-PERKEMENJEN-DI-Situmorang/fbb15ea3c5151ebba98572ad266790f275d921f3kerangka budaya (hlm. 23—44). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Wiradnyana, K.. (2011). Pra Sejarah Sumatra Bagian Utara: Kontribusinya pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.26499/mm.v18i2.2892

Refbacks

  • There are currently no refbacks.