Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Pengaruhnya pada Masyarakat Banjar

Dede Hidayatullah

Abstract


Cerita para datu merupakan cerita dalam bentuk legenda yang menceritakan kiprah para datu dalam membina masyarakat  dan menyebarkan ajaran Islam. Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan cerita yang terdapat di Martapura yang mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Penelitian ini akan membahas tentang legenda salah seorang datu yang menyebarkan agama Islam di Kabupaten Banjar, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Penelitian ini bertujuan menguraikan tentang mitos Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mendeskripsikan perjalanan hidupnya  dan keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi deskritif. Dengan metode akan diuraikan pengaruh  yang muncul dari legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pada  budaya dan kehidupan masyarakat Banjar. Dengan menggunakan metode ini ditemukan bahwa legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari telah membentuk karakter orang Martapura menjadi suka akan ilmu, peduli pada pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu pesantren dan memandang keramat sebagai pelengkap keilmuan, bukan menjadi fokus dalam menuntut ilmu dan ibadah.

The story of the datu is a story in the form of a legend that tells the role of the datu in developing society and spreading Islamic teachings. The legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari is a story from Martapura, which has an important role in the spread of Islam in South Kalimantan. This study will discuss the legend of one of the datu who spread Islam in Banjar Regency, namely Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. The objective of this study is to describe the myth of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, the story of his life, and the sacredness of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Using the ethnographic descriptive method, it will reveal the influence that emerged from the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari in the Banjar society. This method has shown that the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari has shaped the character of the Martapura people. They like studying and care about the development of educational facilities and infrastructure, such as Islamic boarding schools, and view of sacredness as a part of science, not as a focus in studying and worship.


Keywords


legend; character; Islamic boarding school; and knowledge

Full Text:

PDF

References


Ahimsa-Putra, H. S. (1987). Etnografi sebagai kritik budaya: Mungkinkan di Indonesia? Jerat Budaya, 1(1), 1–9.

Atkinson, P., & Hammersley, M. (1994). Etnography and participant observation. In Handbook of Qualitative Research (pp. 249–261). Sage: Thousand Oak.

Danadjaya, J. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Danandjaja, J. (2002). Folklor ilmu gosip, dongeng, dll. jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Daud, A. (1997). Islam dan masyarakat banjar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Djamaris, E. (1990). Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Duranti, A. (1997). Lingusitic anthropology. California: Cambridge University Press.

Endraswara, S. (2018). Antropologi sastra lisan: Perspektif, teori, dan praktik pengkajian (I). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Hanifah, N. (2010). Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded Theory. Jakarta: Akademi Bahasa Asing Borobudor.

Hidayatullah, D. (2017). Legenda Datu Kabul dan mesjid Sungai Banar: Analisis motif dan keramat. Undas, 13(1), 35–47. Retrieved from https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/undas/issue/archive

Koentjaraningrat. (2014). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Laila. (2014). Fungsi Cerita Riwayat Datu Sanggul Bagi Masyarakat Banjar. In D. Hidayatullah, Saefuddin, W. Rakhman, &

N. Kurniasih (Eds.), Bunga Rampai Sastra tahun 2014 (1st ed., pp. 20–41). Banjarbaru: Balai Bahasa Kalimantan Selatan.

Mantja, W. (2007). Etnografi desain penelitian kualitatif pendidikan dan manajemen pendidikan. Malang: Elang Press.

Mulyana, D. (2001). Metodologi penelitian kualitatif: Paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sam`ani, M., AsmoeniA. Rachman, Kusmartono, V. P. R., Hadijah, S., Kawi, D., Subaikto, B., (ed.), W. (2004). Sejarah Banjar (M. S. Ideham, Syarifuddin, G. Usman, Z. A. Anis, & W. (ed.), eds.). Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

Setyowati. (2006). Etnografi sebagai metode pilihan dalam penelitian kualitatif di keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 10(1), 35–40. https://doi.org/10.7454/jki.v10i1.171

Spradley, J. P. (2007). Metode etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Taum, Y. Y. (2011). Studi sastra lisan: Sejarah, teori, metode dan pendekatan disertai contoh penerapannya. (Lamalera). Yogyakarta.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya – Giri Mukti Pusaka.

Wellek, R., & Warren, A. (1995). Teori Kesusastraan (4th ed.; M. Budianta, ed.). Jakarta: Gramedia.

Yulianto, A., Jahdiah, Suminar, C., & Hidayatullah, D. (2005). Tokoh mitos dan legendaris dalam sastra daerah Banjar: Suatu analisis semiotik.Laporan Penelitian. Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.




DOI: https://doi.org/10.26499/und.v16i2.2838

Refbacks